Kamis 24 Oct 2013 09:58 WIB

Bila Anak Alergi Susu Sapi

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Bayi yang diberi susu formula dari susu sapi mengalami penambahan bobot lebih cepat ketimbang bayi yang diberi ASI atau bayi dengan susu formula protein hidrolisat
Bayi yang diberi susu formula dari susu sapi mengalami penambahan bobot lebih cepat ketimbang bayi yang diberi ASI atau bayi dengan susu formula protein hidrolisat

REPUBLIKA.CO.ID, Memisahkan balita dari susu tentu bukan hal mudah. Sejak lahir, ia telah mengenal susu lewat Air Susu Ibu (ASI) sebagai ma kanan pokoknya. Begitu pula ketika mereka mulai disapih. Saat anaknya tak lagi mendapatkan ASI, sering kali para ibu memberikan susu formula sebagai salah satu minuman sumber pemenuhan nutrisi si kecil. Ironisnya, ada pula bayi yang sudah menerima susu formula pada usia yang sangat dini.

Ketika mengonsumsi susu formula, sejumlah anak mungkin akan mengalami gangguan kesehatan. Permasalahan pada sistem pencernaan dan alergi, contohnya. “Kedua kasus ini disebabkan oleh banyak faktor,” kata Prof dr Mohammad Juffrie PhD SpA(K).

Bayi baru lahir hingga berusia enam bulan seharusnya hanya diperbolehkan mengonsumsi ASI. Itulah makanan terbaik untuknya. Ketika diberikan susu formula dan ternyata tidak cocok, bayi bisa mengalami kons tipasi. Penyebab konstipasi adalah asam lemak pada susu formula yang sulit diserap oleh sistem pencernaan bayi. Susu formula dibuat dengan berbahan dasar susu sapi. Kan dungan asam lemaknya jauh tinggi daripada ASI. Lambung bayi sulit mencernanya. Akibatnya, pembuangan menjadi tidak lancar. Bayi menunjukkan keluhannya melalui fesesnya yang keras.

Selain konstipasi, alergi juga menjadi salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari konsumsi susu formula. Protein susu sapi merupakan alergennya. “Tetapi, sedikit sekali yang bisa terkena alergi,” komentar Juffrie yang juga ketua Gastro Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.

Alergi merupakan bentuk reaksi hipersensitivitas. Faktor genetik biasanya berperan pada bayi yang alergi susu sapi. Seseorang bisa mengidap alergi apabila terdapat riwayat di dalam anggota keluarganya. Alergi utamanya diturunkan orang tua pada anaknya, namun bisa juga menjadi ‘warisan’ dari keluarga yang lebih sepuh. Andaikan orang tua memiliki alergi terhadap suatu makanan, kemungkinan si anak memiliki alergi yang sama, yakni sekitar 50 persen.

Ketika diberikan susu formula, tanda- tanda alergi belum tentu langsung muncul. Sensitivitas atau proses menuju kepekaan dapat terjadi akut maupun dalam jangka panjang. Bentuk alergi susu sapi biasanya berupa ruam di bagian pipi, muntah, asma, dan dermatitis atopik. Bila menemukan gejala seperti itu pada anak, orang tua sebaiknya menghentikan pemberian susu formula. Segeralah bawa ke dokter anak terdekat.

Masalah konstipasi dan alergi memang kerap terjadi pada bayi yang tidak cocok mengonsumsi susu formula. Anak berusia nol hingga dua tahun rentan terkena permasalahan ini. “Untuk itu, ibu hendaknya sudah mempersiapkan kesehatan diri agar mampu memproduksi ASI dengan baik,” saran Juffrie. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement