Jumat 18 Oct 2013 08:37 WIB
Shutdown AS

'Shutdown' Berakhir, Ancaman Berlanjut

'Governmet Shutdown' di Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: news.yahoo.com
'Governmet Shutdown' di Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Parlemen dan Senat Amerika Serikat (AS) sepakat untuk mengucurkan anggaran dan menaikkan batas utang. Keputusan ini membuat pemerintahan federal kembali bekerja setelah melakukan penghentian aktivitas (“shutdown”) selama 16 hari. Meski begitu, persetujuan kongres hanya bersifat jangka pendek.

Hal itu membuat “shutdown” bisa kembali terjadi. Parlemen dan Senat hanya menyetujui pembiayaan anggaran Pemerintah AS hingga 15 Januari 2014 dan menaikkan batas atas utang (debt ceiling) hingga 7 Februari 2014. Sejak Kamis (17/10), operasional pemerintahan federal telah kembali normal.

Sebanyak 350 ribu staf pemerintah, baik yang bekerja di taman nasional, museum, dan pelayanan publik lainnya, bisa kembali bekerja. Direktur Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, Sylvia Mathews Burwell, mengatakan telah mengirim pesan kepada seluruh lembaga agar kembali beraktivitas.

Dalam sambutannya di Gedung Putih, Presiden AS Barack Obama mengatakan agenda jangka pendek pemerintah adalah mendapatkan kembali kepercayaan rakyat. Hal ini karena kepercayaan masyarakat telah hilang setelah sengketa politik yang berlarut-larut. "Saya memiliki pemikiran bagaimana kita terus bergerak maju dalam sisa tahun ini,'' ujarnya, kemarin.

Kesepakatan Parlemen dan Senat meningkatkan debt ceiling 16,7 triliun dolar AS terjadi pada detik-detik akhir. Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Jacob Lew berkali-kali memperingatkan, pada Kamis (17/10), pemerintah tidak akan memiliki lebih banyak ruang untuk meminjam di bawah pagu untuk menutupi defisit federal.

Plafon utang atau debt ceiling merupakan batas atas utang yang bisa dipinjam Pemerintah AS untuk menutupi anggaran belanja. Peningkatan debt ceiling dapat berimbas ke negara lain, termasuk Indonesia, karena kemampuan impor AS bertambah. Ini menjadi kesempatan ekspor Indonesia ke AS bertambah pula.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa sudah memprediksi “shutdown” AS segera berakhir. "Kemarin kan saya bilang, saya tidak yakin bahwa itu berkelanjutan karena sudah 17 kali terjadi. Selalu ada jalan keluar dan tidak mungkin tidak ketemu. Menurut saya, 'shutdown' itu juga akan berakhir," kata Hatta.

Hatta menjelaskan, kenaikan debt ceiling tentu akan berdampak baik bagi perekonomian AS. Sebab, belanja pemerintah tentu akan mengalami peningkatan. Apalagi, kalau ditambah dengan tapering off quantitative easing tidak dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini baik untuk negara berkembang.

Meski begitu, Hatta mengingatkan Indonesia agar tidak terlalu menggantungkan ke negara lain. Caranya, kata dia, adalah dengan memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan, menjaga inflasi, serta meningkatkan investasi dan belanja pemerintah dengan prinsip kehati-hatian fiskal. n ichsan emrald alamsyah/muhammad iqbal ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement