Rabu 25 Sep 2013 08:20 WIB
Teroris Kenya

Warga AS-Inggris Terlibat

Pasukan Kenya menyerbu Mall yang diduduki oleh kelompok bersenjata Somalia
Foto: CNN
Pasukan Kenya menyerbu Mall yang diduduki oleh kelompok bersenjata Somalia

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Militer Kenya akhirnya berhasil mengakhiri penyanderaan yang dilakukan grup Al Shabab di Mal Westgate, Nairobi, Selasa (24/9). Puluhan orang yang tersandera selama empat hari di mal terbesar di Nairobi itu tampak shock, sementara belasan gerilyawan Al Shabab ditahan aparat. Pemerintah Kenya menyebutkan, warga dari berbagai negara terlibat dalam penyerangan yang dimulai pada akhir pekan itu. Warga asing tersebut, di antaranya dua-tiga orang berasal dari Amerika Serikat dan seorang warga Inggris Raya.

BBC mengutip Washington Post berdasarkan wawancara dengan PBS Newshour, Menteri Luar Negeri Kenya Amina Muhammad mengatakan, warga AS yang terlibat itu berumur 18-19 tahun. Mereka berasal dari Minnesota dan negara bagian lain di Negeri Paman Sam. Namun, belum jelas asal keturunan mereka, Somalia atau Arab.

Seorang warga Inggris Raya yang terlibat diyakini adalah perempuan dan pernah terlibat dalam penyerangan sebelumnya. Perempuan yang dimaksud kemungkinan adalah Samantha Lewthwaite, janda mendiang salah satu pelaku bom bunuh diri 7 Juli 2005 di jalur kereta bawah tanah di Inggris, Germaine Lindsay. Lewthwaite dikenal dengan sebutan ''Janda Putih'' dan menjadi perempuan paling dicari di dunia. Bahkan, Pemerintah AS menghadiahkan uang 10 juta dolar AS bagi siapa yang bisa menangkap sang ''Janda Putih'', hidup atau mati.

Keterlibatan warga asing ini diperkuat dengan pengakuan saksi mata yang berhasil selamat dari dalam gedung. Washington Post melansir, para penyerang menggunakan serban putih dan penutup wajah berwarna hitam. Saksi mata ini mengatakan, sebagian besar penyerang berusia muda dan saling berbicara dalam bahasa Inggris. Mereka membawa senapan mesin canggih dan yang lainnya membawa AK-47.

Klaim Pemerintah Kenya ini belum bisa dikonfirmasi. Wakil Penasihat Keamanan Nasional Ben Rhodes mengaku tak memiliki data resmi soal keterlibatan warganya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Jen Psaki menyatakan, hingga saat ini pemerintah tidak memiliki bukti nyata terkait identitas dan kewarganegaraan para penyerang.

Analis intelijen berusaha menyadap pesan elektronik untuk membuktikan klaim Pemerintah Kenya itu. Beberapa waktu lalu, pejabat Federal dan tokoh pemimpin keturunan Somalia di AS melaporkan Al Shabab telah merekrut para pemuda untuk pergi ke Afrika membantu Al Shabab berperang.

Presiden Barrack Obama mengucapkan rasa simpatinya atas tragedi penyerangan. Dia tidak menyebutkan apakah warga AS terlibat, tetapi Obama menyatakan dukungannya terhadap Kenya. Situasi di Kenya, kata Obama, sangat mengkhawatirkan masyarakat global.

Penyerangan di Mal Westgate masih berlangsung hingga kemarin. Al Shabab dan Pemerintah Kenya memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan penyerangan dan operasi militer. Melalui Twitter, kelompok Al Shabab menegaskan masih menguasai mal milik pengusaha asal Israel itu. Selain itu, gerilyawan yang terbentuk di Somalia ini menegaskan beberapa sandera masih hidup.

Sebaliknya, Menteri Dalam Negeri Kenya Joseph Ole Lenku mengatakan hampir semua sandera telah dibebaskan. Dia mengklaim operasi penumpasan kelompok militan tersebut mendekati tahap akhir. Pejabat kepolisian Kenya Inspektur Jenderal David Kimaiyo menuturkan, mereka telah menguasai semua lantai mal. “Kami di sini bukan memberi makan para penyerang, tapi untuk menghabisi dan menghukum mereka,” kata dia.

Ole Lenku menambahkan, tiga tentara yang ikut dalam operasi pembersihan tewas akibat bertempur melawan teroris. Delapan orang lainnya masih dirawat di rumah sakit. Polisi Kenya meminta masyarakat mengabaikan propaganda yang coba dilakukan kelompok asal Somalia tersebut. n ichsan emrald alamsyah ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement