Ahad 08 Sep 2013 08:00 WIB
Refleksi

Mendengarkan Suara Mayoritas

Didin Hafidhuddin
Foto: ROL
Didin Hafidhuddin

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr KH Didin Hafidhuddin

Tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, di negeri yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia-yang dasar negaranya Pancasila dan UUD 1945, yang menghormati dan menghargai nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama-akan diselenggarakan kegiatan Miss World yang akan berlangsung pada September 2013. Para penggiat acara ini dengan tiga kekuatan yang dimilikinya, yaitu lobi, opini, dan materi, berusaha keras agar acara tersebut berjalan sesuai dengan harapan mereka.

Mereka melakukan lobi-lobi ke berbagai pihak, seperti keamanan, kepala daerah, bahkan juga Majelis Ulama Indonesia, agar mengizinkan kegiatan ini. Mereka berdalih bahwa acara ini akan mengharumkan nama bangsa karena baru Indonesialah yang dipercaya melaksanakan kegiatan ini di antara negara-negara ASEAN.

Demikian pula para peserta yang datang dari mancanegara dan melihat keindahan alam Indonesia, akan menguatkan dunia industri pariwisata. Wisatawan dari berbagai negara akan datang ke Indonesia dan itu akan menambah serta memperbesar devisa negara.

Mereka pun menyebarkan opini, dengan menggunakan berbagai media, cetak maupun elektronik, untuk memengaruhi massa bahwa sangatlah merugi negeri Indonesia kalau menolak kegiatan ini. Peluang emas ini harus ditangkap dan dimanfaatkan seoptimal mungkin agar seluruh dunia tahu bahwa Indonesia sanggup melaksanakan acara dan kegiatan yang berskala internasional.

Untuk menguatkan argumentasinya, mereka menyatakan bahwa acara Miss World di Indonesia berbeda dengan acara serupa di negara-negara lain, terutama dalam berbusana, dengan tidak mengumbar aurat. Demikian pula, dengan kekuatan materinya (baca: uang), mereka pun tidak akan pernah segan-segan mengeluarkannya demi lancarnya acara ini.

Mereka tidak pernah berpikir bahwa kegiatan ini bukanlah mengharumkan nama bangsa, melainkan justru merusak akhlak dan moral. Kegiatan ini sama sekali tidak ada manfaatnya dilihat dari sudut apa pun, kecuali mengumbar hawa nafsu dan meraup keuntungan materi yang sebesar-besarnya.

Kegiatan ini akan melahirkan sikap kapitalistik, hedonistik, dan pragmatik yang justru bertentangan dengan nilai moral dan budaya bangsa, apalagi dengan ajaran agama. Bahkan, acara ini juga merendahkan martabat kaum perempuan yang seharusnya dijunjung tinggi, dihormati, dan dimuliakan. Karena itu, sangat logis dan wajar, seluruh Muslimin menolak tegas kegiatan Miss World ini.

Substansi yang salah

Dengan alasan dan dalih apa pun, kegiatan ini seharusnya tidak boleh berlangsung dan tidak boleh diizinkan oleh pemerintah, dalam hal ini, terutama pihak kepolisian. Karena secara substansi dan konsep, kegiatan ini sudah salah dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kodrati kaum perempuan, bertentangan dengan budaya bangsa, apalagi dengan ajaran agama.

Dalam acara ini, yang ditonjolkan adalah keindahan tubuh dan kecantikan. Sedangkan, kecerdasan, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan lainnya hanya sebagai penunjang, bukan yang pokok. Tidak mungkin perempuan yang tidak cantik, walaupun sangat pintar dan menonjol kecerdasannya, bisa ikut dalam kontes ini.

Dalam perspektif ajaran Islam, kemuliaan seseorang bukanlah ditentukan oleh kecantikan dan postur tubuhnya, melainkan oleh iman dan amal salehnya yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan. Perhatikan firman Allah SWT dalam QS an-Nahl: 97 dan al-Ahzab: 35. Kedua ayat tersebut dan juga ayat serta dalam hadis lain menggambarkan secara jelas bahwa iman, amal saleh, karakter, serta akhlak mulia yang menentukan kualitas seseorang, bukan penampilan fisik.

Dalam hal fisik, Islam secara tegas melarang kaum perempuan membuka auratnya, apalagi secara sengaja dipamerkan di depan umum atau di depan orang-orang yang bukan mahramnya. Seperti, para juri dan penonton, dengan berlenggak-lenggok memperlihatkan keindahan tubuhnya. Menutup aurat bagi kaum perempuan adalah hal yang substansial dan fundamental agar kaum perempuan dihargai dan dimuliakan.

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab: 59).

Menambah masalah

Sebagaimana diketahui, pada saat ini masyarakat dan bangsa kita sedang dihadapkan pada berbagai persoalan rumit. Yang jika tidak segera diselesaikan secara arif, bijak, dan bertanggung jawab oleh pemerintah dan masyarakat, akan melahirkan masalah-masalah lain yang lebih besar dan lebih kompleks.

Masalah kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok yang terjadi sejak sebelum Ramadhan dan terus berlangsung sampai kini, semakin memperlemah daya beli masyarakat. Masyarakat akan semakin menderita. Apalagi, posisi rupiah terhadap mata uang dolar semakin melemah.

Ini akan mengakibatkan juga utang negara semakin besar kepada negara-negara asing dan lembaga-lembaga keuangan internasional. Para pengusaha kecil, seperti pengusaha tahu tempe, banyak yang gulung tikar karena mahalnya harga kedelai. Ditambah lagi, dengan musibah kekeringan di berbagai daerah yang menyebabkan gagalnya panen pada berbagai komoditas pertanian. Tindakan-tindakan kriminal semakin merajalela. Pencurian, perampokan, dan pembunuhan secara sadis menghiasi lembar-lembar surat kabar setiap hari serta berita-berita di media elektronik.

Kasus-kasus kejahatan narkoba semakin marak dan dalam skala besar, bahkan banyak yang dikendalikan oleh para napi narkoba dari dalam lapas. Kasus pemerkosaan pun semakin sering terjadi, bahkan banyak melibatkan anak-anak di bawah umur.

Demikian pula kasus korupsi di berbagai level semakin sering terjadi, merugikan negara triliunan rupiah sekaligus menghancurkan moral, akhlak, dan bangsa meskipun KPK dan para penegak hukum lainnya telah bekerja keras melakukan penindakan dan pencegahan. Ditambah lagi, 2013 dan 2014 adalah tahun politik.

Karena itu, diperlukan kesadaran kolektif semua komponen masyarakat dan bangsa untuk tidak lagi melakukan kegiatan yang menambah beban dan masalah yang memperkeruh suasana, seperti kegiatan Miss World ini.

Kita tidak ingin negara tercinta ini, yang didirikan dan dibangun oleh para founding fathers dengan perjuangan dan pengorbanan yang penuh keihlasan, berubah menjadi negara maksiat, sebuah negara yang masyarakatnya secara sadar dan sengaja, bahkan dengan kesombongan dan arogan, menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya. Jika ini yang terjadi, kehidupan masyarakat dan bangsa kita akan meluncur pada kondisi mai`syatan dhanka, kehidupan yang penuh dengan kesempitan dan kesulitan.

Mari kita camkan peringatan Allah SWT dalam QS Thaha: 124, “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (ma`isyatan dhanka), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Wallahu a'lam. n

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement