Jumat 06 Sep 2013 08:15 WIB
Jaringan Masjid

Masjid Bermenara Pertama di Denmark

Menara masjid, ilustrasi
Menara masjid, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rosita Budi Suryaningsih

Dengan bantuan alat pengangkat, sejumlah pekerja menempatkan sebuah menara di Masjid Agung Copenhagen, Selasa (3/9). Menara setinggi 20 meter menjadi bagian tak terpisahkan. Ini membuat bangunan tersebut menjadi masjid pertama bermenara di Denmark.

Tak hanya menara, kubah pun dipasang. Bila proses pembangunan telah usai, masjid ini menjelma sebagai yang terbesar di wilayah Skandinavia. Rencananya, beberapa bulan ke depan Masjid Agung Copenhagen bakal diresmikan.

“Hari besar dan membahagiakan bagi Muslim di Denmark,” kata Muhamad al-Mainouni, juru bicara Dansk Islamisk Rad, organisasi Islam yang menangani proses pembangunan masjid, mengomentari pemasangan menara seperti dikutip laman berita Politiken.dk.

Mainouni mengatakan, peletakan menara di bangunan masjid seluas 6.800 meter persegi itu adalah momen besar. “Ini sangat signifikan bagi komunitas Muslim.” Menurut dia, sebuah mimpi sekarang telah berubah menjadi kenyataan.

Masjid Agung Copenhagen, kata dia, adalah masjid yang sesungguhnya karena ada menara dan kubahnya. Menara dan kubah adalah dua aspek penting dan sarat makna simbolik. “Ini menunjukkan kami diakui dan punya tempat ibadah layak,” katanya seperti dikutip Jyllands Posten.

Meski demikian, menara ini hanyalah simbol keberadaan tempat ibadah. Tak akan ada azan berkumandang dari sana. Sebab, undang-undang yang berlaku di Denmark melarang penggunaan menara untuk menyiarkan azan. 

Masjid ini memperoleh sumbangan dana sebesar 150 juta kroner dari mantan emir Qatar, Hamad bin Khalifa al-Thani. Pendanaan dari al-Thani melahirkan kekhawatiran Masjid Agung Copenhagen berpandangan konservatif.

Termasuk mempersoalkan Jehad al-Farra yang kelak memimpin masjid itu. Farra dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin. Anggota Dewan Kota Lars Aslan Rasmussen mengatakan, donasi dari Qatar tak akan diberikan begitu saja. “Saya khawatir Muslim di Denmark jadi radikal.”

Namun, kerisauan ini ditepis Mainouni. Ia menjelaskan, al-Thani mengeluarkan uangnya dari rekeningnya sendiri. Dia tak akan mendiktekan apa pun yang berbau politik atau ideologi. Ia menambahkan, shalat Jumat nanti dipimpin para imam Denmark.

Islam di Timur Tengah, jelas Mainouni, bukanlah seperti Islam di Eropa. Ia beralasan, Islam di Eropa memiliki identitasnya sendiri. Dan, ia ingin para imam di Masjid Agung Copenhagen memahaminya. Ia juga menghendaki adanya dialog dengan semua komunitas di Denmark.  Keinginan dialog ini, kata Mainouni, menandakan Islam yang moderat. Jehad al-Farra mengatakan, pengelola masjid berasal dari beberapa mazhab Islam. n ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement