Senin 02 Sep 2013 08:37 WIB
Kekeringan

Kekeringan Mengancam Daerah di Tanah Air

 Warga menimba air di sebuah sumur di tengah sawah yang mengalami kekeringan di Serang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (2/9). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Warga menimba air di sebuah sumur di tengah sawah yang mengalami kekeringan di Serang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Ahad (2/9). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK — Sejumlah daerah di Tanah Air mengalami kekeringan air. Hal tersebut akibat masuknya musim kemarau. Di Banten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak menyebutkan, sebanyak 28 desa di daerah tersebut mulai terancam krisis air bersih akibat tibanya musim kemarau. “Kami terus berkoordinasi dengan PDAM setempat untuk memasok air bersih ke lokasi-lokasi kekeringan,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak Muklis di Rangkasbitung, Ahad (1/9).

Menurut Muklis, dari 28 desa tersebut, krisis air bersih tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Wanasalam, Sajira, Cipanas, Cilograng, dan Cimarga. Warga di kecamatan tersebut mengalami kesulitan air bersih setelah air sumur bawah tanah, sumber mata air, dan jet pump mulai kekeringan. “Saya kira kekeringan itu akibat beberapa pekan tidak turun hujan,” katanya.

Ia menyebutkan, masyarakat yang tinggal di daerah rawan kesulitan air bersih kini menggunakan air sungai untuk keperluan konsumsi, mandi, cuci, dan kakus (MCK). Padahal, air sungai sangat berpotensi terhadap serangan penyakit menular, seperti diare. “Kami meminta masyarakat agar memasak air sungai dengan mendidih guna mencegah penyakit menular,” katanya.

Di Yogyakarta, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Gunung Kidul menyiapkan air bersih sebanyak 3.600 tangki untuk menghadapi bencana kekeringan pada 2013 yang melanda di daerah ini. “Air bersih tersebut akan segera didistribusikan ke wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan. Anggaran yang mencapai Rp 500 juta sudah siap. Kami masih menunggu permintaan masyarakat,” kata Kepala Dinsosnakertrans Gunung Kidul Dwi Warno Widi Nugroho di Gunung Kidul.

Ia mengatakan, rencananya distribusi air bersih akan dimulai pada Senin (2/9) kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan kekeringan. Ada 10 kecamatan yang rawan kekeringan dan segera akan di-droping air bersih, yakni Kecamatan Paliyan, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Purwosari, Girisubo, Rongkop, Patuk, dan Gedangsari.

Menurutnya, 10 kecamatan ini setiap tahunnya dapat dipastikan mengalami kekurangan air besih. Masyarakat di kecamatan tersebut sudah mulai kekurangan air bersih sejak akhir Juli 2013.

Untuk bisa memperoleh bantuan air bersih itu, warga harus membuat surat permohonan yang diajukan melalui desa. Kemudian, ditujukan kepada pemerintah kabupaten untuk kemudian ditindaklanjuti dengan dropping air bersih. “Kami terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait mekanisme pengajuan bantuan air bersih. Kami mendistribusikan air berdasarkan proposal yang masuk ke Dinsosnakertrans,” ujar Dwi.

Selain itu, di Jawa Barat, memasuki musim kemarau lahan sawah tadah hujan di daerah pantura Kabupaten Indramayu mulai mengering. Sehingga, para petani terancam gagal panen.

Usman, salah seorang petani di Kabupaten Indramayu, mengatakan memasuki musim kemarau lahan sawah tadah hujan para petani setempat kini mulai mengering. Lahan sawah tadah hujan mulai dari Juntiyuat, Pabeanudik, Karangampel, mengering, padahal tanaman padi penduduk saat ini baru berusia satu bulan.

Di Riau, sebagian warga Kota Tanjung Pinang sudah sepekan kesulitan mendapatkan air bersih sebab sumur mereka mengering. “Sudah hampir sepekan kami kesulitan mendapat air bersih karena air dari sumur sudah kering. Sementara, sumber air bersih di perumahan kami hanya mengandalkan sumur,” kata Lisa, warga Perumahan Indonusa Lestari Batu 8 Tanjung Pinang.

Air di sumur warga kering karena sejak tiga bulan lalu, hujan tidak pernah turun. Sedangkan, mendung yang sering terjadi dalam sepekan terakhir tidak menurunkan hujan.

Lisa berharap pemerintah menanggulangi permasalahan ini. Salah satu cara yang diharapkan warga adalah mendistribusikan air yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kepri ke rumah warga. “Kalau untuk air minum, kami membeli air mineral karena air sumur kami mengandung logam berat,” ujarnya.n antara ed: muhammad hafil

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement