Kamis 01 Aug 2013 08:47 WIB
Politik Mesir

Krisis Mesir Masih Buntu

Egyption supporting ousted president Mohamed Mursi attend a protest in Nasr city in Cairo, Egypt, 30 July 2013. Assembly of Indonesian Young Intellectuals and Ulama (MIUMI) plans to send delegation to Egypt to encourage the country to seek peaceful solutio
Foto: EPA/Mohammed Saber
Egyption supporting ousted president Mohamed Mursi attend a protest in Nasr city in Cairo, Egypt, 30 July 2013. Assembly of Indonesian Young Intellectuals and Ulama (MIUMI) plans to send delegation to Egypt to encourage the country to seek peaceful solutio

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Militer Mesir akhirnya mengizinkan delegasi negara lain untuk bertemu presiden Mesir terguling Muhammad Mursi. Namun, penyelesaian krisis Mesir masih menemui jalan buntu karena pendukung Mursi dan militer belum menemukan titik kompromi.

Ikhwanul Muslimin dan sekutunya menyatakan satu-satunya solusi adalah membebaskan Mursi dan mengembalikannya ke kursi presiden Mesir. Pendukung Mursi pun masih menggelar demonstrasi di luar kantor Intelijen Negara dan beberapa kota lainnya di Mesir hingga Selasa (30/7) malam.

Namun, militer dan pemerintah sementara bersikukuh menolak membebaskan Mursi dan pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya. Wakil Presiden Mesir Muhammad El-Baradei menyatakan, tindakan keras akan lebih baik dihindari untuk mengakhiri kekerasan. Tindakan pembubaran kelompok pro-Mursi itu perlu karena mereka meneror dan mengancam kehidupan orang lain.

El-Baradei juga menolak membebaskan Mursi. Mursi, tudingnya, sedang menghadapi investigasi tindak kriminal, termasuk pembunuhan ketika ia kabur dari penjara pada 2011. Padahal, sebelumnya pemerintah menyatakan mereka menahan Mursi demi keselamatannya sendiri.

Mursi mulai menjabat sebagai presiden Mesir pada 30 Juni 2012. Pada 3 Juli 2013, militer Mesir melakukan kudeta dan menahan Mursi. Berbagai pihak, termasuk Uni Eropa, sudah meminta militer membebaskan Mursi.

Pembebasan itu akan meningkatkan suasana damai pada perpolitikan Mesir. Sejak Mursi dijatuhkan, korban dari penduduk sipil, khususnya pendukung Mursi, terus berjatuhan. Amerika Serikat yang enggan menyebut penjatuhan Mursi sebagai kudeta pun memberikan tekanan terhadap militer.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel menyatakan telah menghubungi Jenderal Abdul Fattah al-Sissi. Dia meminta militer Mesir menahan diri. Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan AS, Hagel meminta pasukan keamanan dan militer Mesir menahan diri ketika menangani protes yang berlangsung.

Pada Selasa (30/7), delegasi Uni Afrika berbicara dengan presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis itu. Sebelumnya, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengunjungi Mursi. Keduanya berbicara selama dua jam.

Dalam pertemuan tersebut, Ashton membujuk semua pihak untuk melanjutkan perpolitikan Mesir menuju transisi damai. Dia juga menggarisbawahi Mesir adalah bangsa yang besar dan perlu untuk terus maju. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah menemukan cara untuk maju bersama-sama.

Pada pertemuan dengan Ashton, Mursi menolak tawaran pertukaran kekuasaan dengan kebebasan dirinya. “Dia menolak memberikan legitimasi presiden agar ia dan pemimpin Ikhwanul Muslimin lain bisa keluar dengan aman,” kata seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang diwawancari kantor berita Turki, Anadolu, seperti dikutip al-Masry al-Youm.

Tokoh senior itu menyatakan, Ashton menyarankan kepada Ikhwanul Muslimin untuk mengakhiri aksi pendudukan. Namun, Mursi mengatakan kepada Ashton bahwa dia masih presiden sah Mesir. Sebab, dia dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan adil.

Sumber itu juga menambahkan, Mursi sebenarnya akan melakukan referendum kala pemilihan parlemen yang dijadwalkan September atau Oktober. Saat ini, Mursi menuntut diakhirinya kekerasan terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin dan membebaskan tahanan lain yang ditangkap dengan alasan politis.

Tokoh Ikhwanul Muslimin Essam el-Erian mengatakan, pertemuan dengan Ashton sebagai langkah positif. Namun, tak memiliki dampak terhadap kebuntuan politik di Mesir. Menurut el-Erian, keterlibatan militer dalam politik saat ini menunjukkan angkatan bersenjata telah kehilangan kekebalan hukumnya.

Pendukung Mursi, dikutip dari al-Ahram, terus melakukan aksi protes menuntut penembakan brutal militer. Selasa kemarin, demonstran berkumpul di markas intelijen militer Mesir di Nasr City, Kairo. Sebagian lainnya berdemo di kota lain seperti Alexandria, Beheria, Mansoura, Matrouh, Suez, Qena, dan Aswan.

Aksi long march juga dilakukan pendukung Mursi dari al-Fath di Ramses Square dan Masjid al-Nour menuju Masjid Rabiah al-Adawiyah. Kelompok perempuan yang berusaha menuju ke Kementerian Pertahanan diblokir tentara yang telah menyiapkan kawat berduri. Hingga Rabu, belum diketahui lokasi penahanan Mursi. Aljazirah melansir, Ashton mengatakan, bisa melihat fasilitas tempat Mursi ditahan. Namun, dia tidak mengetahui di mana lokasi penahahan itu.

Namun, dia mengatakan, Mursi dalam kondisi sehat. Dia juga bisa mengakses informasi melalui televisi dan surat kabar sehingga bisa mengetahui dan membicarakan situasi terkini. n ap ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement