Jumat 26 Jul 2013 02:24 WIB
Khazanah Ramadhan

Melongok Kaligrafi di Taman Ismail Marzuki

Kaligrafi
Kaligrafi

REPUBLIKA.CO.ID, Suasana senja di sekitar Menteng, Jakarta Pusat, dapat menjadi pilihan berikutnya untuk destinasi berbuka puasa pada Ramadhan ini. Seperti misalnya, ngabuburit di Taman Ismail Marzuki (TIM), tempat masyarakat sekitar dapat berkumpul mencari jajanan berbuka, makan, sekaligus wisata seni di dalam areanya.

Sejak pukul 16.00 WIB, area gerbang gapura TIM sudah mulai dijejeri pedagang-pedagang kaki lima. Gerobak mereka memenuhi pinggir jalan. Macam-macam jajanan ringan hingga makan besar tersedia di sana. Mulai dari kolak, sop buah, es kelapa, goreng-gorengan, sate padang, pecel ayam, ketoprak, siomay, hingga nasi padang dan warteg bergerobak tersedia.

Hal itu pun seakan menjadi magnet bagi umat Islam yang kerap ngabuburit. Menjelang berbuka, orang-orang mulai duduk-duduk mencari posisi nyaman hingga ketika azan Maghrib dikumandangkan, mereka berbuka bersama meskipun tidak saling mengenal.

Roni, penjual otak-otak di sana, mengatakan, area depan TIM ini selalu ramai. Kontras dengan area dalam TIM yang sedikit lebih lengang. “Biasanya, penjual-penjual ada sampai subuh di sini,” ujar pria tambun itu, kemarin. Para umat Islam itu menyemut mulai menjelang berbuka. Sebelumnya, pengunjung bisa mencari suasana seni di dalam galeri TIM yang menawarkan wisata kreasi tanpa dipungut biaya.

Sebuah pameran sedang digelar di Galeri Cipta II, Pameran Calligraphy 2013. Dinding-dinding putih galeri kali ini disematkan beragam karya visual dari beberapa seniman. Dengan latar belakang ilmu seni rupa, sejumlah seniman ini mencoba menyebarkan syiar kalimat Allah melalui seni kaligrafi.

Tulisan Arab dengan beragam lafaz diperindah oleh permainan warna, tekstur, material, bahan, dan juga kreativitas. Memang kreativitas tanpa batas, tapi kreativitas yang diatur dan sesuai syar’i menciptakan aura yang menenteramkan. “Memang, karena lafaz-lafaz ini bukan kalimat manusia, ini kalimat Allah,”ujar Dick Syahrir, Ketua Panitia Pameran Calligraphy 2013.

Terdapat delapan instalasi karya tiga dimensi dan 42 karya dua dimensi yang dipamerkan. Karya-karya ini berasal dari 30 seniman dengan beragam latar belakang ilmu. Mereka berasal dari Insitut Kesenian Jakarta, Insitut Seni Indonesia, juga Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi.

Karya-karya dua dimensi tidak didominasi oleh satu metode karya. Tidak hanya lukisan cat minyak, cat air, juga cat acrylic, tetapi banyak karya yang menawarkan napas lain. Salah satu contoh karya, yaitu menggabungkan elemen kayu untuk tulisan Arab dan kertas-kertas kusut yang ditempel kaku sebagai alas. Kemudian, semuanya diwarnai keemasan. Tampaklah kesan elegan dan berwibawa untuk kaligrafi tersebut.

Karya lainnya menggunakan teknologi digital printing, kreasi warna dan desain menjadi unik serta tak terbatas. Melewati norma mayoritas bahwa kaligrafi harus meliuk, karya seni desain grafis tampak kokoh dan kontemporer dengan paduan warna terang dan bentuk balok-balok kotak kaku.

 

Desain dengan warna yang tegas dan bentuk yang sempurna membuat citra berbeda pada setiap karya dengan lafaz Allah. Permainan tekstur pun tidak ketinggalan. Beberapa karya menggunakan kulit telur untuk menciptakan warna gradasi dan tekstur, remahan kertas hingga resin, dan undakan cat-cat minyak. Sehingga, karya terasa lebih hidup dan menyapa melalui kalimat Allah itu.

Ada juga karya yang berupa jam dinding berbentuk segitiga besar, lukisan kejadian penciptaan alam semesta yang semuanya berfungsi sebagai pengingat bagi yang melihatnya. “Syiar itu, kan bisa melalui beragam cara. Ini adalah salah satu syiar visual,” kata Dick yang lukisannya juga terpasang di deretan karya-karya. Ia mengatakan, pada dasarnya setiap Muslim pasti menginginkan karya seni kaligrafi terpajang di rumah-rumah mereka. Hal itu menjadi semacam keinginan dan kebutuhan yang tidak diketahui dari mana asalnya.

Seperti keinginan yang berasal dari dalam diri manusia, dari Pemiliknya. Adanya kalimat Allah yang terpampang di dinding rumah memang akan menciptakan kesan dan aura Islami. “Selain sebagai hiasan, juga sebagai pengingat,” ujar dosen IKJ itu. Seakan Allah ingin terus menyemayamkan kalimatnya kepada setiap manusia, hingga karya seni dan kreativitas ia teteskan pada otak manusia.

Selain karya dua dimensi, delapan karya tiga dimensi juga dipamerkan. Instalasi-instalasi ini dibuat dari kayu, logam, batu marmer, juga resin. Bismillahirrahmanirrahim terpatri pada sebuah balok kayu yang terukir banyak lafaz Allah.

Sebuah batu marmer putih yang cukup besar juga menjadi sebuah pancang bagi karya lafaz dari kayu yang membentuk cabangnya. Selain itu, ada gambaran seorang wanita yang sedang berdoa, namun melayang terbuat dari resin putih. Beberapa karya lain dibuat  dengan kreativitas dan filosofi mendalam yang semuanya mengandung arti universal, yaitu mengingat Allah.

Karya-karya tersebut, kata Dick, lebih mumpuni dan bervariasi dibandingkan dengan Pameran Calligraphy yang digelar tahun 2012 lalu. Karya yang lebih segar dan banyak inovasi membuat perkembangan kaligrafi tidak lagi monoton. Hal ini dapat menimbulkan beragam inspirasi bagi penikmat dan yang melihatnya. Entah itu inspirasi spiritual, karya seni, kreativitas, hingga pada dekorasi rumah. “Inginnya, karya-karya yang menjadi syiar ini bisa sampai ke rumah-rumah,” ujar Dick.

Karya-karya memang tidak hanya dipamerkan, tapi juga bisa dibawa pulang. Dick mengatakan, panitia memfasilitasi penikmat yang ingin membelinya. Namun, ia mengakui ingin menduplikasi banyak karya tersebut agar syiarnya mengena lebih banyak orang, juga dengan harga yang lebih terjangkau. Karya-karya asli itu harganya bervariasi mulai Rp 5 juta hingga Rp 75 juta. n c70 ed: muhammad fakhruddin

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement