Rabu 17 Jul 2013 11:58 WIB

IPB Mengajar, Komunitas Mahasiswa yang Peduli Pendidikan

Mahasiswa IPB yang tergabung dalam komunitas IPB Mengajar
Foto: sani-atu.blogspot
Mahasiswa IPB yang tergabung dalam komunitas IPB Mengajar

REPUBLIKA.CO.ID, Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.

― Nelson Mandela

Bermula saat acara seminar pendidikan IDEA (IPB’s Dedication for Education) para calon pengajar inspiratif diresmikan Anies Baswedan (Founder Indonesia Mengajar) pada Mei 2012. Disinilah titik awal IPB Mengajar dirintis.

IPB Mengajar merupakan sebuah komunitas peduli pendidikan yang dibentuk untuk merintis kembali kepedulian terhadap pendidikan Indonesia. Tujuannya untuk menciptakan model kurikulum alternatif dengan menggunakan metode fun and experiential learning berbasis pendidikan holistik dan berkarakter. Sistem ini bisa meningkatkan motivasi belajar siswa, baik di bidang pendidikan dasar maupun keterampilan pertanian kreatif.

Selain itu IPB mengajar juga menyelenggarakan pembinaan guru mengenai pengaplikasian metode pengajaran kreatif, manajemen kelas yang baik, pola komunikasi mengajar yang efektif dan efisien, serta pengasahaan kemampuan motivasional.

Program IPB Mengajar terdiri dari pelatihan pengajar inspiratif, wanian (wayang dan bocah tani peduli lingkungan), farm on school, edelweis (education weeks in school), relation forum and school project yang melibatkan mahasiswa IPB secara umum, komunitas pendidikan di dalam IPB (seperti Sanggar Juara, Geng Pensil, Sekolah Keliling, Birena dan Bara Improvement Project) dan di luar IPB (seperti Gerakan UI Mengajar, Komunitas Salim, dan Youth Educator Sharing Network), dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen sebagai penyuluh dan pembina, lembaga pendidikan (seperti Indonesia Heritage Foundation).

Rencana keberlanjutan program terdiri dari pemekaran sasaran (peningkatan jumlah sekolah), perbaikan sistem dan kurikulum, dan pembinaan intensif seperti pertanian kreatif, pembinaan guru dan parenting class.

SDN Leuweungkolot 7 merupakan sekolah pertama yang bekerjasama dengan IPB Mengajar. Sekolah ini masih menerapkan sistem pengajaran konvensional. Hampir setiap hari terdapat siswa yang tidak hadir tanpa alasan dan terkadang angka ketidakhadiran mencapai 30 persen  dari jumlah keseluruhan murid dalam satu kelas. Siswa di SDN Leuwe-ungkolot 7 cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang rendah (seperti siswa kelas VI tidak mengetahui ibu kota Indonesia) serta rendahnya kemampuan berhitung (seperti kelas V yang belum paham dan lancar terhadap konsep penjumlahan dan perka¬lian).

Namun karena semangat para pengajar inspiratif, siswa – siswa SDN Leuweungkolot 7 sudah memiliki semangat belajar yang luar biasa.

Tahun ini, ditahun 2013 IPB Mengajar akan mengunjungi SDN Nanggung 01 yang terletak di Desa Nanggung. Letaknya cukup jauh dari pusat kota, namun itu tidak menyurutkan para pengajar untuk terus mengobarkan semangat pendidikan.

Penulis: Fatma Nukhaerani (Mahasiswi IPB)

sumber : IPB
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement