Wednesday, 8 Syawwal 1445 / 17 April 2024

Wednesday, 8 Syawwal 1445 / 17 April 2024

HNW Dukung Moeffreni Moe’min Jadi Pahlawan Nasional

Selasa 19 Dec 2017 04:08 WIB

Red: Gita Amanda

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (HNW) mendukung pencalonan  Moeffreni Moe’min sebagai pahlawan nasional.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (HNW) mendukung pencalonan Moeffreni Moe’min sebagai pahlawan nasional.

Foto: MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) melakukan audensi dengan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid (HNW), di Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta. Delegasi yang dipimpin oleh Sekretaris LKB Ahmad Syaroni meminta dukungan kepada HNW terkait rencana pengusulan Moeffreni Moe’min sebagai pahlawan nasional.

Dikatakan oleh Ahmad Syaroni, Moeffreni sosok yang lahir 12 Februari 1921 di Jakarta itu mempunyai peran yang besar dalam sejarah perjuangan bangsa. Dalam masa penjajahan Jepang, ia pernah mendapat pelatihan militer di PETA. Dalam masa selanjutnya, dirinya anggota Batalion PETA di bawah komandan Kasman Singodimedjo. Saat Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan, Jakarta, bersama Latief Hendradiningrat mengamankan lokasi tempat di mana kemerdekaan itu dinyatakan. “Ia melatih kemiliteran pada pemuda Menteng pada saat itu,” ujarnya melalui siaran pers.

Dalam suasana genting, Moeffreni dipilih menjadi Panitia Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945. “Yang menjemput dan mengantar kembali Soekarno dan Hatta di lapangan Ikada adalah Moeffreni,” ujarnya.

Karier militer Moeffreni di dunia militer terbilang sukses. Diungkapkan oleh Ahmad Syaroni, jenderal-jenderal TNIAD seperti Achmad Yani, MT Haryono, dan Sarwo Edy pernah dilatih dan menjadi bawahannya saat di BKR/TKR/TRI. Sebagai seorang tentara, Moeffreni sering terlibat dalam pertempuran untuk mempertahankan dan atau merebut pertahanan Indonesia. “Ia pernah merebut tangsi militer Belanda di Cilandak,” paparnya. Akibat yang demikian, ia pernah dipenjara oleh NICA di Pulau Nusa Kambangan pada tahun 1948-1950.

Dikatakan oleh Ahmad Syaroni, AM Fatwa mengatakan Moeffreni adalah sosok yang bersahaja, sederhana, dan ramah. “Ia menyapa duluan kalau bertemu,” ujar Fatwa ditirukan oleh Ahmad Syaroni.

Keinginan untuk menjadikan pria yang meninggal dunia pada 27 Juni 1996 sebagai pahlawan nasional itu didukung oleh HNW. Menurutnya perjuangan yang dilakukan oleh Moffreni konkret. “Ia bisa menghadirikan anak buah yang unggul dan sukses,” ujarnya. Meski demikian diakui Moeffreni adalah sosok yang sederhana dan tak mau menonjolkan diri. HNW mengaku siap membantu dalam pengurusan Moeffreni menjadi pahlawan nasional.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler