Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Mahyudin: Anak Muda Gampang Disusupi Paham Radikal

Kamis 07 Jun 2018 00:29 WIB

Red: Friska Yolanda

Sosialisasi Empat Pilar oleh Wakil Ketua MPR Mahyudin

Sosialisasi Empat Pilar oleh Wakil Ketua MPR Mahyudin

Foto: MPR
Ada indikasi 30 persen mahasiswa terkontaminasi paham radikal.

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Wakil Ketua MPR Mahyudin menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR kepada Forum Pemuda Muslim Bontang, di Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (5/6/2018). Dalam sosialisasi, Mahyudin menyinggung radikalisme di kalangan anak muda.

Menurut Mahyudin, paham radikalisme menyasar kaum muda karena anak-anak muda memiliki semangat yang tinggi dibanding rasio atau pikirannya (logika) sehingga mudah disusupi dan terkontaminasi dengan paham radikalisme. "Inilah yang membedakan anak-anak muda dengan orangtua. Paham radikalisme ini sangat berbahaya," katanya.

photo
Sosialisasi Empat Pilar oleh Wakil Ketua MPR Mahyudin

Mahyudin menambahkan anak-anak muda lebih mudah dipengaruhi paham radikalisme dibanding dengan ustaz atau ulama. Bagi ulama NU dan Muhammadiyah, katanya, sudah tidak mempan lagi disusupi paham radikalisme karena sudah menguasai ilmu agama secara menyeluruh.

Mahyudin menyebutkan anak-anak muda banyak belajar radikalisme dari internet dan media sosial. "Radikalisme sebenarnya adalah mencuci otak. Itu sebabnya radikalisme bisa masuk ke kampus-kampus karena anak muda memiliki semangat yang besar dibanding rasionya atau logikanya," jelas Mahyudin.

Usai sosialisasi, Mahyudin mengharapkan bidang kemahasiswaan di universitas agar aktif mengawasi dan memontor kegiatan mahasiswa seperti pengajian. "Jangan sampai ada pengajian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam," tuturnya.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), lanjut Mahyudin, mempunyai data tentang radikalisme. "Saya dengar ada indikasi sekitar 30 persen mahasiswa terkontaminasi paham radikal. Saya kira serahkan saja pada universitas masing-masing untuk mengawasi kegiatan mahasiswa," katanya.

Sedangkan adanya Densus 88 yang masuk kampus di Universitas Riau, Mahyudin melihat sebagai pelaksanaan protap. "Wajar Densus bawa senjata ke kampus, karena terorisme mengancam jiwa. Kita tidak perlu dibesar-besarkan. Hal itu situasional dan polisi punya protap untuk menangani masalah terorisme ini," tuturnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler