Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Lemkaji Undang Sultan Hamengkubuwono X

Senin 14 May 2018 17:07 WIB

Red: Ani Nursalikah

Lembaga Pengkajian MPR (Lemkaji) akan mengadakan Saraserahan Nasional Kebudayaan dengan tema “Kebudayaan Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia” pada Selasa (15/5). Ketua Lemkaji Rully Chairul Azwar (tengah).

Lembaga Pengkajian MPR (Lemkaji) akan mengadakan Saraserahan Nasional Kebudayaan dengan tema “Kebudayaan Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia” pada Selasa (15/5). Ketua Lemkaji Rully Chairul Azwar (tengah).

Foto: MPR
Lemkaji akan menggelar sarasehan “Kebudayaan Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia”.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengkajian MPR (Lemkaji) akan mengadakan Saraserahan Nasional Kebudayaan dengan tema “Kebudayaan Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia” pada Selasa (15/5). Menurut Ketua Lemkaji Rully Chairul Azwar, acara yang diselenggarakan di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, itu akan menghadirkan pembicara Sultan Hamengkubuwono X, Frans Magnis Suseno, Zamawi Imron, Acil Bimbo, Nyoman Nuarta, Abdul Hadi, dan budayawan lainnya.

Dalam konferensi pers, Selasa (14/5), Rully mengatakan, Indonesia memiliki Pancasila yang secara genuine nilai-nilainya digali para pendiri bangsa. "Dari Pancasila, bangsa kita memiliki modal awal pembangunan peradaban karena Pancasila adalah ideologi, falsafah dasar negara, dan jati diri bangsa. Selain banyak budaya dan kearifan lokal yang jika dihayati dengan baik, bisa memberi kontribusi positif bagi pembangunan peradaban bangsa,” ujar Rully.

Rully menyayangkan setelah 72 tahun Indonesia berdasarkan Pancasila, nilai-nilai dasar yang ada tidak mewarnai perilaku elite dan sebagaian masyarakat. Budaya Pancasila disebut belum menjadi perilaku untuk membentuk kepribadian. Sikap dan perilaku politik serta kebijakan pembangunan malah dibentuk oleh pemikiran pragmatis jangka pendek.

“Pemecahan masalah yang ada tidak berlandaskan pada nilai-nilai dasar Pancasila,” ujar pria asal Bengkulu itu.

Akibat yang demikian, solusi yang dihasilkan menjadi parsial dan tidak membentuk sistrem dan budaya Pancasila. Rully mengingatkan, Pancasila pernah digagas untuk menghasilkan bangsa yang berdikari yang dielaborasi oleh Bung Karno menjadi Tri Sakti. Menjadikan Pancasila sebagai basis nilai untuk membangun bangsa yang maju menjadi penting karena kaitan kebudayaan dengan pembangunan peradaban tidak perlu diragukan. Bagi Rully, peradaban maju dunia selalu dikaitkan dengan nilai budaya yang dianut masyarakat.

Tidak merasuknya nilai Pancasila dalam perilaku elite dan sebagaian masyarakat, menurut Rully, karena merebaknya kultur munafik di mana perkataaan tidak sinkron dengan perbuatan. “Banyak aturan tetapi tidak bisa dilaksanakan karena penegakan hukum yang lemah. Juga maraknya perilaku koruptif dan minimnya keteladanan dari kalangan pemimpin,” ujarnya.

Dari sinilah maka Lemkaji mencari jalan keluar dengan menggagas Gerakan Keteladanan Nasional pembudayaan nilai-nilai Pancasila. Untuk itu menurut Rully, Lemkaji mendiskusikan dan mencari masalah yang ada dengan menggelar sarasehan nasional kebudayaan.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler