Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Hidayat Sebut Pihak Ini Dikotomikan Islam Vs Indonesia

Sabtu 20 Jan 2018 08:45 WIB

Rep: Amri Amrullah / Red: Reiny Dwinanda

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Foto: Dok MPR
Upaya untuk mendikotomikan Islam dan keindonesiaan masih terus terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menegaskan umat Islam di Indonesia tidak pernah mendikotomikan Islam dan keindonesiaan. Ia mensinyalir, dikotomi itu dibuat oleh mereka yang fobia terhadap Islam. "Pandangan seperti itu bukan berasal dari umat Islam," ujarnya.

Hal tersebut disampaikan Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR, sekaligus menghadiri rapat koordinasi nasional (Rakornas) Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) di Medan, Sumatera Utara, Jumat (19/1). 

Dihadapan 300 para guru yang tergabung dalam JSIT ini, Hidayat juga mengungkapkan upaya untuk mendikotomikan Islam dan keindonesiaan masih terus terjadi. Dia tidak setuju dengan adanya pemisahan antara Islam dan Indonesia. "Dikotomi itu mungkin karena fobia terhadap Islam dan umat Islam. Seolah-olah Islam anti Pancasila, anti-NKRI," katanya.

Sebaliknya, dengan adanya dikotomi itu, ada kalangan Islam merasa umat Islam terpisah dari Indonesia. Dari situ kemudian muncul istilah thogut, kafir, seolah-olah Indonesia terpisah dari Islam lantas mereka berpikir tentang (ideologi) negara yang lain.

Pada acara sosialisasi kepada para guru JSIT ini, Hidayat juga menegaskan bahwa keindonesiaan adalah juga keislaman. Ini bisa dilihat dari bukti keterlibatan umat Islam dalam perjalanan sejarah Indonesia. "Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pemikiran, para tokoh, dan pemimpin Islam," kata Hidayat.

Hidayat lantas memaparkan peran tokoh Islam seperti KH Wahid Hasyim, KH Kahar Muzakar, Moh Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan lainnya. "Mereka menyepakati tentang sila-sila pada Pancasila serta keindonesiaan kita. Inilah yang perlu disampaikan kepada generasi zaman now. Karena generasi zaman now seringkali tidak paham," jelasnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler