Thursday, 18 Ramadhan 1445 / 28 March 2024

Thursday, 18 Ramadhan 1445 / 28 March 2024

Pemahaman Pancasila Cegah Konflik Etnis Seperti di Myanmar

Kamis 14 Sep 2017 17:18 WIB

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Dwi Murdaningsih

Pesawat bantuan untuk masyarakat Rohingya akan diberangkatkan ke Chittagong, Bangladesh, Kamis (14/9).

Pesawat bantuan untuk masyarakat Rohingya akan diberangkatkan ke Chittagong, Bangladesh, Kamis (14/9).

Foto: Republika/Debbie Sutrisno

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL--Wakil Ketua MPR RI Mahyudin kembali mengingatkan pentingnya memahami dan mengamalkan empat pilar MPR RI, yakni Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika sebagai ideologi, dan fondasi dalam berbangsa dan bernegara. Sebab, menurutnya, empat pilar tersebut merupakan kunci untuk merekatkan bangsa Indoenesia yang terdiri dari beraneka ragam etnis dan suku bangsa.

Hal itu disampaikannya saat melakukan sosialisasi empat Pilar MPR RI di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal pada Kamis (14/9).
 
"Tidak lain tujuan dibahasnya empat pilar tersebut untuk membangun persatuan yang kuat bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena tanpa ada persatuan, maka tidak bisa bangsa besar seperti Indonesia ini bisa bersatu," ujar Mahyudin.
 
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini persatuan. Sebab, sejak dulu bangsa Indonesia ini mudah sekali untuk diadu domba.
 
"Sebenernya kita dijajah Belanja bukan karna Belanda kuat tapi karena kitanya lemah. Kenapa lemah, karna kita bercerai berai, karna kita gampang diadu domba baik ekternal maupun internal," katanya.
 
Karenanya, Politikus Partai Golkar itu kembali mengingatkan pentingnya pemahaman empat pilar untuk menjadi modal awal untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki terdapat ribuan suku maupun etnis di Indonesia yang kini masih terjaga erat.
 
Ia membandingkan negara lain yang memiliki beberapa etnis namun tidak bisa terkelola dengan baik. Seperti kasus terbaru konflik kelompok militer dan sipil terhadap kelompok Rohingya di Rakhine, Myanmar.
 
"Kita menyimak konflik di Myanmar, ada berbagai etnis juga, jadi konflik etnis ini memang nggak gampang, memang mengelola etnis-etnis jangan kan negara berkembang, negara-negara dekat Belanda aja Belgia, dia manajemen etnis dalam satu negara itu nggak gampang," ujar Mahyudin.

Karenanya, di hadapan mahasiswa ia berharap para peserta mampu memahami dilanjutkan dengan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menjadi agen memberikan pemahaman kepada lingkungannya masing-masing.

Sebab, generasi muda lah yang menjadi penerus untuk menjaga persatuan dan Kesatuan bangsa salah satunya melalui empat pilar MPR tersebut.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler