Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Ketua MPR: Manfaatkan Teknologi untuk Pertanian

Jumat 30 Dec 2016 02:35 WIB

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Winda Destiana Putri

Sawah

Sawah

Foto: Imam Budi Utomo/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan mengatakan untuk mencapai produktivitas sektor pertanian, maka petani perlu memanfaatkan teknologi untuk mengolah lahan pertaniannya. Saat ini, tidak bisa lagi bertani dengan cara konvensional.

Kalau pertanian tidak memanfaatkan teknologi, sulit untuk mencapai produktivitas yang tinggi. "Jadi teknologi satu keharusan. Saya selaku masyarakat Lampung Selatan terima kasih pada pak menteri (menteri pertanian) membantu alat-alat pertanian," kata Zulkifli Hasan di Desa Bhakti Rasa Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (29/12).

Dalam acara musim tanam di Lampung Selatan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membantu petani di Sragi diantaranya 25 traktor tangan, 24 pompa air, dan empat unit traktor besar. Mentan juga akan membantu bibit jagung dan pompa air tahun depan.

Menurut Zulkifli, dengan teknologi pertanian, petani akan lebih sejahtera. "Selama ini, petani pergi gelap, badannya gelap karena terkena sinar matahari, pulangnya gelap, rejekinya gelap," ujarnya.

Untuk itu, dengan teknologi dalam bertani, menurut dia, satu hektare kalau dulu membutuhkan tenaga 25 orang, sedangkan menggunakan teknologi mesin bisa satu jam. Produktivitasnya berkali-kali. Begitu juga kalau mencangkul satu hektare membutuhkan tenaga 25 orang, kalau memakai traktor bisa satu-dua jam selesai.

"Bantuan menteri, bantu alat tanam, mesin traktor tangan, pompa air, badan agak terang sedikit, rejeki (petani) ikut terang. Jadi teknologi satu keharusan. Tidak mungkin bertani seperti dulu, sawah tidak bertambah, tapi orangnya bertambah banyak," ujar mantan Menteri Kehutanan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Mentan Andi Amran Sulaiman mengatakan, tahun ini Indonesia tidak impor beras lagi, setelah 32 tahun sejak tahun 1984, termasuk Kabupaten Lamsel peningkatan produksinya tinggi. "Ini adalah termasuk dukungan ketua MPR mendukung  kami. Tujuan dari alat pertanian tersebut untuk menekan biaya produksi, misalnya dua juta, tinggal satu juta. Biasanya produksi satu hektare enam juta menjadi 12 juta," ujarnya.

Menurut dia, sekarang petani nasibnya mulai terang, termasuk hasilnya, kita tidak impor beras, jagung impor dulu 60 persen tertinggi selama 71 tahun, bawang tidak impor lagi malah ekspor. Sedangkan produksi beras tahun 2016 sudah mencapai  79 juta ton, sedangkan target produksi beras tahun 2017 sebesar 78 juta ton. "Tahun ini sudah melewati target tahun depan," ujarnya.

Mengenai anggaran sektor pertanian tahun lalu menurun, menurut dia, kalau anggaran turun produksi naik, berarti yang mengelola cerdas. Kalau bersandar pada anggaran, ini regulasi dana alokasi umum, jadi ada regulasi yang meningkatkan produksi.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler