Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Belajar Keteguhan dari Sosok Baladewa

Ahad 27 Sep 2015 00:55 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Dwi Murdaningsih

 Grup wayang Tavip mempertunjukan wayang kontemporer di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10).   (Adhi Wicaksono)

Grup wayang Tavip mempertunjukan wayang kontemporer di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Ahad, (7/10). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pimpinan Fraksi PPP MPR Ahmad Dimyati Natakusumah, membuka pagelaran wayang kulit di bundaran Tugu, tepatnya di depan gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu malam( 26/9). Dalam pagelaran tersebut, Dimyati memberikan wayang dengan sosok Sang Baladewa, yang menurutnya cocok untuk memasyarakatkan empat pilar.

Dimyati yang juga Wakil Ketua MPR  periode 2009-2014 ini kemudian menyerahkan tokoh wayang kepada dalang Ki Ardhi Poerboantoto, yang merupakan dalang tersohor arek Kota Malang, dan akhirnya pagelaran wayang kulit dengan lakon Sang Baladewa pun dimulai. Ratusan penggemar wayang dari Kota Malang dan sekitar ini memenuhi sisi selatan Bundaran Tugu, tak jauh dari kantor Walikota Malang.

Dimyati sengaja memilih wayang, karena wayang sebagai budaya tradisional dianggap bisa memasyarakat Empat Pilar sehingga masyakarakat menjadi nasionalis, konstitusionalis, dan betul-betul berbhineka tunggal ika.

Lakon Sang Baladewa dipilih, lanjut dia, karena Baladewa menggambarkan tokoh yang kredibel, kapabel, yang akhirnya bisa memajukan masyarakat. "Mudah-mudahan Indonesia menjadi  maju," ujar Dimyati.

Sang Baladewa memang menceritakan perjalanan seorang remaja Prabu Baladewa yang bernama Raden Kokrosono. Meski menghadapi berbagai rintangan dan halangan, serta berkat ketekunannya, Baladewa berhasil menduduki tahta dan pelungguhan Diraja Mandura dan menikah dengan Dewi Herawati, putri Prabu Salyoaji, setelah melalui sayembara yang tidak ringan.

Dalam konteks Empat Pilar, menurut dalang Ki Ardhi, seorang pemuda harus gigih. Apapun yang dihadapi harus disikapi secara arif dan bijaksana. Jadi, walau bagaimanapun pemuda harus tetap menjadi agen perubahan. "Kalau pemuda melempen tentu akan merambah kepada sebuah bangsa dan negara," ujar Ki Ardhi.

Sehingga, kalau disinkronkan dengan sosialisasi Empat Pilar, menurut Adhi, kembali pada masa lalu, yaitu sejarah terjadinya gerakan Budi Utomo yang melahirkan pergerakan Sumpah Pemuda yang akhirnya melahirkan kemerdekan NKRI, 17 Agustus 1945.

"Itulah kerja keras dan jerih payah  para pemuda  dalam rangka tegaknya kebenaran dan menunjukkan jati diri bangsa dalam menegakkan persatuam dan kesatuan bangsa," ujar Ki Ardhi.

Pagelaran wayang di Malang ini dihadiri sembilan anggota MPR. Selain Ahmad Dimyati, juga hadir  Lukman Eddy (pimpinan Banggar), Faried Alfauzi (Hanura), Rofi' Munawar (PKS), Moreno (Gerindra),  Fandi Utomo (Demokrat), Nasim Khan (PKB), Kresna Dewanata (Nasdem), dan Anang Priantoro (kelompok DPD).

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler