Kamis 11 Jul 2013 08:56 WIB
Impor Bahan Pangan

Stok Pangan Minim, Pemerintah Buka Keran Impor

Imported garlic floods Indonesian traditional market due to local product shortage. (illustration)
Foto: Republika/Prayogi
Imported garlic floods Indonesian traditional market due to local product shortage. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah akhirnya memutuskan untuk membuka keran impor sejumlah komoditas untuk menstabilkan harga. Sebelumnya, pemerintah saling tuding akibat minimnya pasokan dan lonjakan harga bahan pangan pokok di pasaran.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, sejumlah komoditas yang akan segera diimpor dalam waktu dekat adalah bawang merah, cabai, dan daging sapi. Menurutnya, berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) di lapangan, terjadi kenaikan permintaan pada bawang merah.

Namun, di sisi lain terjadi kekurangan pasokan akibat mundurnya masa panen menjadi Agustus mendatang. Kondisi tersebut berujung pada kenaikan harga hingga mendekati 50 persen. “Oleh karena itu, keran impor dibuka sampai masa panen tiba. Kementerian Perdagangan sudah memiliki data berapa banyak produk impor yang akan dimasukkan hingga harga jadi stabil,” katanya, Rabu (10/7).

Kemudian, untuk cabai, khususnya cabai rawit, terjadi kekurangan pasokan yang juga disebabkan oleh pengurangan masa panen. Oleh karena itu, sebagaimana bawang merah, tambahan pasokan melalui impor segera dilakukan.

Sedangkan, untuk daging sapi, importasi akan dilakukan oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Impor akan dilakukan secara bertahap melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Besarannya sesuai kesepakatan, yakni 3.000 ton.

Selain itu, kuota impor sapi bakalan sebanyak 109 ribu ekor di perusahaan penggemukan sapi (feedloter) yang seharusnya diperuntukkan bagi kebutuhan sampai akhir tahun akan dipercepat. Sedangkan, sisa kuota yang dibutuhkan pada akhir tahun akan dihitung ulang oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan.

Keputusan ini mengakhiri “drama” saling tuding yang dilakukan pemerintah akibat kenaikan harga dan minimnya pasokan. Kementerian Pertanian sebelumnya dianggap lamban melaksanakan impor untuk menambal kekurangan pasokan.

Menteri Pertanian Indonesia Suswono membantah hal tersebut. Menurutnya, pihaknya sudah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). “Kami sudah memberi izin importir untuk merealisasikan impor cabai dan bawang merah saat puasa dan menjelang Idul Fitri tahun ini,” ujarnya. Mereka pun telah memberikan rekomendasi untuk Bulog melakukan operasi pasar. “Kami ingin bekerja cepat dan tidak ada upaya memperlambat,” kata Suswono.

Selain itu itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku telah melakukan rekomendasi teknis untuk menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok menjelang puasa. “Kami sudah mengikuti perintah Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia Hatta Radjasa untuk mengendalikan harga. Namun, secara teknis membutuhkan beberapa rekomendasi yang juga harus dari kementerian atau lembaga teknis,” ujarnya.

Sebelumnya, Hatta Rajasa mengeluhkan pelaksanaan impor yang lambat. Ia mengakui adanya koordinasi yang tidak berjalan lancar di pihak pemerintah. “Seperti, soal bawang. Harusnya sejak beberapa waktu lalu sudah bisa diperkirakan adanya panen yang mundur. Sehingga, kita bisa tambah pasokan sebelum harga melonjak. Ini, kok baru ketahun sekarang,” katanya.

Ketua Kelompok Komisi Pertanian Nabiel Almusawa menilai, Menko Perekonomian salah alamat melempar tanggung jawab kenaikan harga kepada Menteri Pertanian ataupun Kementerian Perdagangan. “Kenaikan harga seharusnya tidak terjadi bila koordinasi yang dipimpim Menko Perekonomian berjalan lancar. Mengapa masih saja menyalahkan anak buahnya?” ujarnya. Kalau sudah begini, menurutnya, masyarakat yang akhirnya menjadi korban.

Berdasarkan data BPS, terdapat kenaikan di atas lima persen untuk sejumlah komoditas pokok, antara lain, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Sedangkan, harga bahan pangan pokok lainnya mengalami kenaikan di kisaran satu persen per awal Juli ini. n muhammad iqbal/rr laeny sulistyawati ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement