Rabu 10 Jul 2013 09:10 WIB
Politik Mesir

Usut Kekerasan Mesir

Seorang pria pendukung Presiden Mursi yang terluka akibat ditembak tentara, tengah dirawat di Kairo, Mesir, Senin (8/7). (AP/Ahmed Gomaa)
Seorang pria pendukung Presiden Mursi yang terluka akibat ditembak tentara, tengah dirawat di Kairo, Mesir, Senin (8/7). (AP/Ahmed Gomaa)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kelompok pelaku penembakan keji terhadap 51 pendukung mantan presiden Mesir Muhammad Mursi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak penyelidikan independen terhadap peristiwa ini harus segera dijalankan.

Proses penyelidikan pun, kata PBB, harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten. ''Mereka yang bertanggung jawab harus segera dibawa ke pengadilan,'' ujar Sekjen PBB Ban Ki-moon, melalui juru bicaranya, Martin Nesirky, seperti dikutip Al-Arabiya, Selasa (9/7).

Ban mengutuk pembunuhan massal ini dan sangat terganggu dengan peristiwa tersebut. Seluruh rakyat Mesir, kata Ban, harus berhati-hati dalam bertindak dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Dia menyeru seluruh faksi politik di Mesir menahan diri, khususnya ketika menggelar demonstrasi. Militer harus mematuhi standar internasional terkait pengamanan.

Ban mendesak seluruh rakyat dan anggota partai politik membentuk konsensus agar bisa menemukan jalan damai untuk masa depan Mesir. Untuk mencapai tujuan ini, kata Ban, PBB siap mengulurkan tangan jika Mesir membutuhkan bantuan.

Juru bicara kelompok oposisi Khalid Daud meminta penyelidikan resmi atas insiden tersebut. Meski kelompok oposisi memiliki pandangan politik berbeda dengan pendukung Mursi, mereka mengecam adanya penyelesaian konflik dengan kekerasan berdarah.

Tragedi yang menimpa pendukung Mursi ini terjadi pada Senin (8/7) pagi waktu setempat. Mereka menjadi sasaran tembak saat melakukan shalat Subuh berjamaah. Sebanyak 51 orang meninggal dan 500 lainnya terluka. Korban sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Juru Bicara Ikhwanul Muslimin, kelompok penyokong Mursi, Jihad al-Haddad, mengatakan pendukung Mursi tak bisa menghindari tembakan karena sedang melaksanakan shalat dan tembakan datang tanpa peringatan. "Polisi dan tentara menembakkan peluru tajam dan gas air mata kepada mereka," kata Jihad.

Keterangan berbeda disampaikan militer. Kubu militer berdalih penembakan dilakukan sebagai aksi balas atas serangan yang dilakukan kelompok teroris bersenjata terhadap markas Garda Republik yang diduga menjadi lokasi penahanan Mursi. Juru Bicara militer Kolonel Ahmed Ali mengatakan, kelompok bersenjata menembakkan peluru tajam dan bom dari arah masjid.

Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, Amerika Serikat (AS) merasakan kekhawatiran mendalam atas tragedi yang terjadi di Mesir. AS pun mengecam segala bentuk kekerasan serta makin meluasnya polarisasi politik di sana. AS meminta militer Mesir untuk menjaga keamanan di seluruh Mesir dan meminta demonstran untuk tak melakukan kegiatan anarkis.

Pada Senin (8/7), Presiden Interim Mesir Adli al-Mansur mengeluarkan dekrit untuk pelaksanaan pemilu legislatif pada enam bulan mendatang. Pemilihan presiden segera berjalan setelah legislatif terbentuk. Namun, Ikhwanul Muslimin menolak dekrit itu. Mantan menteri keuangan Mesir Samir Radwan menjadi unggulan kuat calon perdana interim Mesir. n ichsan emrald alamsyah/ap/reuters ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement