Sabtu 06 Jul 2013 09:10 WIB
Politik Mesir

Barat Hancurkan Demokrasi Mesir

Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7).    (AP/Hassan Ammar)
Aksi unjuk rasa para pendukung Presiden Muhammad Mursi di Nasser City, Kairo, Mesir, Kamis (4/7). (AP/Hassan Ammar)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Penggulingan Presiden Mesir Muhammad Mursi yang terpilih secara demokratis menjadi catatan buruk bagi Perdana Menteri Turki Recep Tayyep Erdogan. Menurut Erdogan, sokongan Barat terhadap militer Mesir untuk melakukan kudeta adalah bentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai Barat dan demokrasi.

Dalam persoalan Mesir, kata Erdogan seperti dikutip Zaman, Barat telah menunjukkan standar gandanya dalam hal demokrasi. "Jadi bisa terlihat, apa yang sebenarnya ada dalam ide-ide mereka tentang demokrasi," tutur dia, Jumat (5/7). Erdogan memandang sikap diam dunia Barat terhadap aksi militer Mesir dalam menggulingkan Mursi adalah bentuk dukungan terhadap kudeta tersebut.

Selepas dihancurkannya pemerintahan hasil pemilu demokratis, Mesir makin terperosok dalam konflik setelah militer melucuti kekuasaan Muhammad Mursi sebagai presiden. Dua kubu politik di Mesir saling menyerang menggunakan senjata di sejumlah tempat. Rakyat Mesir khawatir transisi kepemimpinan membawa negara itu ke dalam konflik panjang.

Serangan mematikan sebagai balasan atas dibunuhnya para aktivis Ikhwanul Muslimin terjadi di Semenanjung Sinai pada Jumat (5/7) dini hari waktu setempat. Aktivis pendukung Mursi memberondong personel militer Mesir di sebuah kantor polisi dengan tembakan roket. Serangan mematikan ini menewaskan seorang tentara dan melukai dua tentara lain.

Markas itu berada tak jauh dari markas intelijen militer tingkat lokal. Beberapa jam sebelumnya, serangan serupa juga terjadi di pos militer Bandara al-Arih, dekat perbatasan dengan Jalur Gaza dan Israel. Meski begitu, belum ada yang memastikan apakah serangan itu terkait dengan pencopotan Mursi.

Beberapa jam berikutnya, militer melakukan serangan kepada pendukung Mursi. Militer memberondong pendukung Mursi dengan tembakan ketika melakukan demonstrasi di sebuah barak militer. Mursi dikabarkan sedang berada dalam penahanan di barak itu. Tiga pendukung Mursi tewas akibat serangan mematikan militer.

Bentrokan antara pendukung dan penentang Mursi terjadi di Damanhur, Provinsi Beheira. Akibat bentrokan ini, 21 orang dari kedua kubu terluka. Manajer Rumah Sakit Damanhur, Ihab al-Ghonaimy, mengatakan tiga orang memiliki luka akibat tembakan. Ini menandakan senjata api berada di tangan kedua pihak.

Kelompok oposisi yang berisi kalangan liberal dan pendukung Mursi yang sebagian berasal dari Ikhwanul Muslimin masih melakukan serangkaian demonstrasi. Kelompok oposisi belum sepenuhnya beranjak dari Alun-Alun Tahrir, sedangkan Ikhwanul Muslimin masih berkumpul di dekat Masjid Raba Adawiyah, Kairo.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin Ahmad Arif mengatakan, kelompoknya tidak menghendaki aksi bernada konfrontasi, melainkan gerakan damai menolak penggulingan pemerintah yang sah. Kelompok ini mendesak militer tidak menjadikan Mursi sebagai tahanan politik. Mursi bersama 35 petinggi dan 300 anggota Ikhwanul Muslimin dikabarkan berada di penjara militer Torah.

Pemimpin oposisi Muhammad El Baradei menghendaki militer segera merehabilitasi nama Mursi dan dibebaskan dari tahanan. Mursi, kata El Baradei, adalah mantan presiden yang memiliki martabat.

Presiden Mesir Adli al-Mansur menyerukan rekonsiliasi nasional untuk menentukan masa depan politik dan pemerintahan di negara itu. Dia tidak akan membatasi semua faksi politik untuk terlibat dalam pemulihan, termasuk Ikhwanul Muslimin. "Mereka adalah bagian dari kami yang harus ikut,'' kata Adli. n bambang noroyono/ap/reuters ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement