Jumat 05 Jul 2013 09:09 WIB
Politik Mesir

Muhammad Mursi Jadi Tahanan

Presiden  Mesir Muhammad Mursi
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Presiden Mesir Muhammad Mursi

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO -- Riwayat Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir berakhir di tangan militer. Mursi gagal memenuhi ultimatum militer untuk menyelesaikan konflik politik dalam waktu 48 jam. Militer segera menyiapkan pengganti Mursi melalui pemilihan umum demokratis.

Panglima Militer Jenderal Abdul Fatah al-Sisi mengumumkan penggantian Mursi pada Rabu (3/7) petang atau Kamis (4/7) dini hari WIB. Dia juga menyatakan konstitusi kontroversial bentukan Mursi tidak berlaku lagi karena mencederai sistem peradilan.

"Militer tidak bisa menutup mata dan telinga menanggapi tuntutan rakyat Mesir," ujar Sisi. Dia memastikan langkah menggulingkan Mursi dari kursi presiden bukan bertujuan mengantarkan militer ke kekuasaan. Militer menyerahkan kepemimpinan Mesir kepada rakyat.

Sisi menjadikan Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir Adli al-Mansur menjadi presiden interim hingga pemilu. Setelah mengucapkan sumpah, Adli mengatakan, Mesir telah kembali ke jalur revolusi yang benar. Dia memastikan akan mengajak semua kubu politik untuk membangun Mesir.

Sorak-sorai ribuan oposisi di Alun-Alun Tahrir, Kairo, pecah setelah Sisi mengumumkan pencopotan Mursi. Puluhan kembang api meluncur ke langit dan membuat suasana malam menjadi terang. Sedangkan, para pendukung Mursi di Kairo Utara bersedih atas nasib pemimpinnya.

Wartawan Republika di Kairo, Irwan Kelana, melaporkan suasana di Alun-Alun Tahrir mulai sepi pada Kamis (4/7) siang waktu setempat. Namun, di Rab'ah Al Adawiyah, tempat berkumpulnya para pendukung Mursi, masih terlihat padat oleh massa.

Kelompok Ikhwanul Muslimin penyokong Mursi dan kelompok oposisi berisi kalangan liberal sempat terlibat bentrok di luar Kairo usai pengumuman militer. Situs egyptindependent yang mengutip Kementerian Kesehatan menyebut adanya 11 korban jiwa dan 480 korban luka akibat bentrok pada Rabu malam.

Manuver militer mendapat restu dari tokoh-tokoh kunci di Negeri Piramid itu. Pemimpin oposisi Muhammad ElBaradei memuji langkah militer kali ini. Kepala Gereja Kristen Koptik Mesir Paus Tawadros dan Imam Universitas al-Azhar Syekh Ahmad al-Tayib mendukung sikap militer.

Militer langsung memindahkan Mursi dari Istana Qubba ke sebuah penjara militer dengan status tahanan rumah. Video pernyataan Mursi usai penggulingan oleh militer sempat muncul dalam situs Youtube, tapi beberapa jam kemudian menghilang akibat blokir militer.

The Guardian mendapatkan salinan video itu dan menayangkan pidato Mursi yang tampak berada dalam satu ruangan dengan latar belakang tulisan berhuruf Arab, di samping kanannya terdapat bendera Mesir. Mursi menuduh militer telah mencuri revolusi milik rakyat. ''Ini tidak bisa kita terima,'' ujar Mursi.

Mursi menolak penggulingan dia oleh militer karena kebuntuan politik selama ini adalah akibat sikap keras kepala oposisi yang enggan melakukan dialog. Mursi menginstruksikan militer dan kabinet untuk menjaga legitimasinya sebagai presiden.

Sebaliknya, militer terus memburu anggota Ikhwanul Muslimin. Pemerintah mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap 300 orang pejabat Ikhwanul Muslimin. Pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin, Muhammad Badie, dan wakilnya, Khairat al-Shatir, menjadi target penahanan.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin Muhammad al-Beltagy mengatakan, langkah militer adalah bentuk kudeta. Meski begitu, dia memastikan pihaknya tidak akan angkat senjata untuk melawan. "Kami akan bertahan dan mempertahankan legitimasi," kata al-Beltagy.

Dalam pernyataan resminya, kelompok oposisi menyebut langkah militer bukan kudeta. Langkah militer itu merupakan keputusan yang harus diambil dalam kondisi darurat. Kelompok oposisi berjanji tetap melibatkan Ikhwanul Muslimin dalam proses politik berikutnya di Mesir. n bambang noroyono/ichsan emrald alamsyah/reuters/ap ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement