Jumat 05 Jul 2013 02:07 WIB
Deklarasi Capres-Cawapres

Resistensi Kader Hanura Menguat

Media mogul Hary Tanoesoedibjo (third left) officially joins Hanura Party chaired by General (ret) Wiranto (second left) at the party's headquarters in Jakarta on Sunday.
Foto: ?Republika/Agung Supriyanto
Media mogul Hary Tanoesoedibjo (third left) officially joins Hanura Party chaired by General (ret) Wiranto (second left) at the party's headquarters in Jakarta on Sunday.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Resistensi kader Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) terkait deklarasi calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) Wiranto-Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) semakin menguat. Namun, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura Fuad Bawazier mengakui para kader belum berani mencuatkan aspirasi mereka ke publik.

Dia menyatakan, pada saatnya para kader yang kecewa akan ikut angkat bicara. “Meskipun tidak mencuat, banyak kader dan simpatisan yang tidak setuju. Lihat saja nanti,” kata Fuad saat dihubungi Republika, Kamis (4/7).

Menurut pendiri Hanura ini, penetapan tiba-tiba Hary Tanoe sebagai cawapres memberi citra negatif terhadap Hanura. Kesan yang timbul di masyarakat, kata Fuad, Hanura telah menjadi partai milik pribadi yang bisa ditransaksikan secara pragmatis.

Menurutnya, Hanura gegabah menetapkan Hary sebagai cawapres. Hanura, kata dia, mestinya melihat dahulu dedikasi dan elektabilitas Hary dalam survei. “HT (Harry Tanoe), kan orang baru di Hanura. Masak penetapan cawapres segampang itu?” tanya Fuad.

Selain itu, menurut Fuad, langkah Hanura menduetkan Wiranto-Hary Tanoe dalam paket capres-cawapres sebagai langkah tak lazim. Pasalnya, kata dia, saat ini Hanura tergolong partai kecil yang mesti berkoalisi dengan partai lain untuk bisa lolos syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential thereshold. “Hanura parpol kecil, sementara syarat pencalonannya 20 persen,”ujarnya.

Senada dengan Fuad, politikus Partai Hanura Yuddy Chrisnandi menyatakan, penetapan Hary Tanoe sebagai cawapres tidak sesuai mekanisme partai. Pasalnya, kata dia, keputusan strategis yang diambil partai mesti dilakukan lewat rapat pimpinan nasional (rapimnas). “Keputusan strategis, seperti pemilihan kepala daerah, capres, dan cawapres, harusnya rapimnas,” ujarnya.

Dia mengaku tidak tahu-menahu soal penetapan Hary Tanoe sebagai cawapres. “Kita sepakat Pak Wiranto capres. Tapi, kita tidak pernah sempat bicara cawapres,” kata Yuddy.

Mulanya, kata Yuddy, Ketua Umum Hanura Wiranto menyampaikan kalau penetapan cawapres Hanura dilakukan setelah hasil pemilu legislatif. Hal ini, menurut Yuddy, karena Wiranto ingin Hanura menghormati fatsun politik yang berlaku antarpartai. Kalaupun sekarang Wiranto bersikap lain, Yuddy menyatakan hal itu sebagai pilihan Wiranto. “Kalau itu diralat, yah diralat Pak Wiranto sendiri,” katanya.

Kendati Wiranto memilih cawapres secara sepihak saat acara pembekalan calon anggota legislatif (caleg) Hanura, Yuddy menyatakan akan tetap mendukung putusan tersebut. “Kalau Pak Wiranto mau, masak kita halangi. Tapi, apakah menyetujui? Itu beda lagi karena harus sesuai mekanisme,” ujarnya.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan, konsensus kader merupakan faktor penting deklarasi pencapresan Wiranto-Hary Tanoe di Hanura. Sebab, menurut dia, konsensus menjadi kata kunci bekerja tidaknya mesin partai di level akar rumput. “Harus ada konsensus dalam deklarasi Wiranto-HT,” kata Siti ketika dihubungi Republika, Kamis (4/7).

Siti mengatakan, deklarasi capres-cawapres Wiranto- Hary Tanoe memberikan kejutan positif bagi kedua pasangan. Secara popularitas, kedua pasangan diuntungkan lewat pemberitaan media yang gencar sebab publik menjadi lebih mengenal sosok Wiranto- Hary Tanoe. “Yang tadinya adem ayem, sekarang sudah banyak diberitakan,” kata Siti.

Deklarasi tiba-tiba Wiranto-Hari Tanoe bisa juga dibaca sebagai upaya Hanura melihat respons publik. Dalam konteks ini, Siti mengatakan, kemenangan capres-cawapres bukan merupakan tujuan utama partai. Tujuan utamanya adalah mengukur seberapa kekuatan yang dimiliki Hanura pada Pemilu 2014 mendatang. “Mereka memaketkan konsentrasi pemilu legislarif sebagai sosialisasi capres-cawapres,” katanya.

Siti menduga Wiranto-Hary Tanoe akan menggarap pangsa anak muda sebagai basis suara. Pangsa anak muda, kata Siti, sudah digarap Hary Tanoesejak mendirikan Organisasi Kemasyarakatan Persatuan Indonesia (Perindo).

Menurutnya, banyak tokoh muda baru yang menempati posisi strategis di Perindo. “Gagasan menaruh anak muda ini positif,” ujarnya. n muhammad akbar wijaya ed: muhammad fakhruddin

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement