Kamis 27 Jun 2013 01:40 WIB
Garuda Indonesia

Maskapai Garuda Pakai Biofuel di 2015

Sejumlah pesawat milik Maskapai Garuda Indonesia parkir di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sejumlah pesawat milik Maskapai Garuda Indonesia parkir di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Garuda Indonesia bakal menggunakan bahan bakar biofuel pada 2015. Pemakaian biofuel akan dilakukan secara bertahap. Direktur Operasi Garuda Indonesia Novianto Herupratomo mengatakan, dua tahun lagi Garuda sudah siap menggunakan biofuel sebanyak satu persen dari total penggunaan bahan bakar pesawat-pesawatnya.

“Apabila per tahun Garuda menghabiskan satu miliar liter avtur, hitung saja satu persennya diganti dengan biofuel, sekitar 10 juta liter,” kata Novianto di Jakarta, Rabu (26/6). Menurut Novianto, pesawat yang dimiliki Garuda sudah siap menggunakan biofuel tanpa harus banyak memodifikasi pesawat lebih dulu. Penggunaannya akan digunakan dengan sayap terpisah. Misalnya, sayap kiri menggunakan avtur, sedangkan sayap kanan memakai biofuel.

Kendati demikian, dia menegaskan, penggunaan biofuel pada 2015 sifatnya masih uji coba. Karena itulah, kuantitas pemakaian dilakukan bertahap dari satu persen, kemudian akan ditingkatkan pemakaiannya pada tahun-tahun selanjutnya.

Pemakaian biofuel, kata Novianto, merupakan bentuk dukungan Garuda terhadap pemakaian energi ramah lingkungan dan terbarukan. Jenis bahan bakar avtur yang digunakan sekarang adalah jenis bahan bakar energi dari fosil yang tak terbarukan.

Novianto menyatakan, walaupun dari aspek kesiapan pesawat Garuda sudah siap, maskapai pelat merah itu masih menghadapi kendala berupa harga biofuel yang masih mahal. Penyebabnya, belum ada industri yang memproduksi biofuel secara massal. Penjualannya pun masih untuk kalangan terbatas.

Selain rencana penggunaan biofuel, Garuda Indonesia melalui berbagai programnya telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan dengan gerakan yang disebut green action. Di antara program green action Garuda adalah fuel conservation program yang merupakan program penghematan bahan bakar. Ada juga carbon offset yang merupakan program siap pakai yang ditawarkan kepada penumpang. Program sejenis kompensasi atas emisi yang dikeluarkan sebagai kontribusi bagi proyek-proyek yang berfungsi mengurangi karbon di negara berkembang.

Selain itu, Garuda Indonesia sedang melakukan program pengembangan armada melalui peremajaan pesawat (fleet revitalization) secara signifikan dengan armada-armada baru, seperti Airbus A330, Boeing 737-800NG, dan Boeing 777-300 ER. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, efisiensi biaya operasi, menurunkan tingkat emisi, serta mengurangi tingkat kebisingan (noise reduction) yang ditimbulkan dari penerbangan. Garuda Indonesia menargetkan rata-rata usia pesawat di bawah enam tahun pada 2015.

Sebagai bentuk pengakuan atas upaya Garuda Indonesia untuk menjaga lingkungan, pada Selasa lalu (25/6) Garuda Indonesia menerima penghargaan Indonesia Green Awards 2013 untuk tiga kategori sekaligus, yaitu “Pelopor Pelestarian Hutan”, “Pelopor Pencegahan Polusi”, serta “Pemimpin Pelestari Bumi”.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyatakan, rencana maskapai Garuda Indonesia menggunakan biofuel atau bioavtur sudah lama diteliti dan diujicobakan di negara-negara Eropa. “Namun, memang kendalanya belum ada yang memproduksi secara massal,” kata Alvin. Menurut Alvin, penggunaan bioavtur patut diapresiasi karena menggunakan energi ramah lingkungan. Hal itu karena komposisi bioavtur yang lebih banyak memakai bahan-bahan nabati yang termasuk energi terbarukan.

Dengan pemakaian bioavtur itu, kata dia, berarti mengurangi pemakaian energi fosil yang sifatnya terbatas dan tak terbarukan. Hal itu berbeda dengan bioavtur yang bisa cepat tergantikan atau terbarukan. Keuntungan dan kerugian menggunakan bioavtur, ujar Alvin, harganya lebih mahal karena belum ada yang memproduksi secara massal.

Namun, peralihan penggunaan energi ramah lingkungan dapat melepas ketergantungan pada energi fosil. Mengenai masalah emisi gas buang, kata Alvin, bioavtur tak bedanya seperti avtur. “Namun, lebih ramah lingkungan karena menggunakan energi terbarukan,” katanya. n aldian wahyu ramadhan ed: eh ismail

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement