Rabu 26 Jun 2013 11:56 WIB
Kebakaran Hutan

Presiden Lukai Rakyat

Kebakaran Hutan
Kebakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Singapura dan Malaysia soal kebakaran hutan mendapat kritikan. Sejumlah kalangan menilai tindakan Presiden itu telah menyakiti rakyat, khususnya warga Riau yang menjadi korban kabut asap.

Permintaan maaf Presiden seharusnya lebih dahulu ditujukan kepada rakyatnya sendiri. Ristu Hasriandi (28 tahun), warga Pekanbaru, Riau, mengingatkan bukan hanya warga Singapura dan Malaysia yang terdampak asap, warga Riau pun turut menjadi korban.

Ristu dan warga lainnya mengaku tidak bisa keluar rumah. "Selain asap pekat, suhunya mencapai 37 derajat Celsius. Kita tidak bisa ke mana-mana," kata Ristu, Selasa (25/6). Hal sama disampaikan Agus Budiawan (29), warga Bekasi, Jawa Barat, yang menganggap Presiden terlalu terburu-buru dan gegabah.

Anggota Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, Indra Jaya, mengatakan, pernyataan maaf kepada Singapura dan Malaysia melukai hati masyarakat Riau. Presiden, kata dia, seolah tidak menganggap keberadaan masyarakat Riau yang juga menjadi korban.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tb Hasanuddin menegaskan, permintaan maaf Presiden tidak tepat lantaran kebakaran hutan bukan disebabkan kebijakan negara. "Negara tidak perlu ambil alih apa yang dilakukan perorangan atau perusahaan," ujar Hasanuddin. Namun, anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya mendukung Presiden dan menilai permintaan maaf itu wajar.

Presiden menyampaikan permintaan maaf kepada Singapura dan Malaysia dalam keterangan pers usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Senin (24/6). "Atas apa yang terjadi ini, saya selaku presiden meminta maaf dan pengertian saudara-saudara kami di Singapura dan Malaysia," kata Presiden.

Pernyataan ini berbeda dengan sikap sejumlah menteri. Menlu Marty Natalegawa sempat menegaskan Indonesia tidak akan meminta maaf. Menko Kesra Agung Laksono bahkan meminta Singapura jangan kekanak-kanakan, sementara Menteri ESDM Jero Wacik mengkritik Singapura dan Malaysia yang mengumbar kebakaran hutan ke seluruh dunia.

"Saya kira itu sudah keputusan beliau (Presiden)," ujar Agung Laksono menanggapi permintaan maaf Presiden, Selasa (25/6). Ketika ditanya apakah permintaan maaf menunjukkan Indonesia bersalah dalam kebakaran hutan, Agung sedikit tersenyum dan enggan berkomentar terlalu jauh.

Kemarin, kabut asap sebagai dampak kebakaran hutan di Riau mulai menipis. Salah satunya akibat hujan di Pekanbaru. Hujan juga terjadi di Kampar, Pelalawan, Bengkalis, dan daerah lainnya. Meski begitu, kondisi titik api mencapai puncaknya pada Selasa (25/6) dengan 265 titik.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan, penyelidikan untuk mencari pihak paling bertanggung jawab terus berlangsung. Fakta di lapangan menjadi landasan penyelidikan Polri, termasuk sanksi dan kemungkinan pencabutan izin.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengirimkan surat resmi kepada Presiden SBY untuk mengupayakan kerja sama menegakkan mekanisme lebih efektif dalam menghukum mereka yang bertanggung jawab sebagai penyebab kabut asap. Najib menawarkan pesawat untuk water bombing kepada Indonesia. n  hafidz muftisany/ahmad islamy jamil/m akbar wijaya/esthi maharani/meiliani fauziah/ani nursalikah ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement