Jumat 21 Jun 2013 06:03 WIB
Beasiswa

Bangku Kuliah di Universitas Bengkulu

Universitas Bengkulu
Universitas Bengkulu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erdy Nasrul

Saat pagi buta, Redo Vanesa sudah membuka gulungan kertas bergambar kerangka mesin rancangannya. Mahasiswa semester tiga Universitas Bengkulu ini tampak serius mengamati rancangan itu. Cahaya redup lampu rumahnya tidak mematahkan semangat untuk belajar. “Ini persiapan saya presentasi di kuliah,” jelas mahasiswa teknik mesin itu.

Saat jarum jam menunjukkan angka enam pada pagi hari, Redo bersiap-siap menuju kampusnya. Jarak sekitar 20 kilometer harus dilewati Redo untuk menuju mimpi yang coba dia raih lewat bangku kuliah. Redo mengaku kurangnya uang adalah makanan sehari-hari ketika melangkah dari rumah menuju tempat kuliah. Sudah 1,5 tahun berkuliah, Redo belum juga mampu membeli beberapa buku kuliah. “Mahal sekali (buku-buku kuliah itu),” ujarnya menggelengkan kepala.

Redo tak lantas menyerah dengan kemiskinan. Demi mimpinya mengenyam ilmu, dia dan sejumlah teman kemudian menyiasati keadaan. Saling tukar buku kuliah usahanya menyiasati kemiskinan. Bagi Redo, usaha keras pantas dilakukan demi mempertahankan satu bangku di Universitas Bengkulu. Sebab, baginya bangku kuliah adalah anugerah.

Sejak kecil, dia hanya punya satu cita agar bisa sekolah tinggi demi mengangkat harkat kehidupan keluarga. Ibunya, Lusiati, selama ini hanya bekerja sebagai penjual gorengan di kantin sebuah sekolah dekat rumah. Sedangkan, ayahnya, Syahril, hanya penjahit. Demi makan sehari-hari, Redo pun bergantung dari putaran mesin jahit ayahnya. “Kalau tidak ada (pesanan jahit), ya ayah menganggur,” katanya.

Dua tahun yang lalu, Syahril dan Lusiati hanya bisa pasrah akan nasib Redo. Orang tua Redo tak yakin mampu membiayai sang anak berkuliah di Universitas Bengkulu. “Kalau tidak kuliah maka akan kerja di pasar. Dagang apa saja deh,” ujar Redo menjelaskan pengalamannya dua tahun lalu seusai tamat dari SMAN 40 Bengkulu. Tamat dari SMA, Redo hanya berpikir soal bagaimana caranya bisa meraih satu bangku di Universitas Bengkulu. Kalau mengandalkan penghasilan orang tua, kuliah hanya mimpi belaka.

Dia kemudian mendapatkan informasi mengenai beasiswa sekolah bagi siswa miskin. Informasi itu sama dengan yang disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh. Menurut Nuh, semua masyarakat miskin di Indonesia, tidak perlu bingung melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Karena, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program Bidik Misi untuk semua mahasiswa tidak mampu.

“Program ini memang dikhususkan untuk mahasiswa dari masyarakat menengah ke bawah atau mahasiswa tidak mampu. Mereka sama sekali tidak bayar,” ujar M Nuh. Redo kemudian memastikan benar tidaknya ucapan Nuh. “Ternyata benar ada,” jelasnya.

Sekuat tenaga, Redo berusaha untuk meraih beasiswa itu. Dengan usaha kerasnya, secercah harapan untuk kuliah pun muncul. Dia kemudian mengurus sejumlah persyaratan administrasi, di antaranya, mendapatkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan.

Akhirnya, sebuah surat menghampiri kediaman sederhana Redo di Jalan Semangka, Kelurahan Panorama, Kota Bengkulu. Kabar itu adalah satu bangku kuliah di Fakultas Teknik Universitas Bengkulu. Satu bangku yang diperoleh Redo secara cuma-cuma lewat Bantuan Siswa Miskin (BSM). Kendati kesulitan demi kesulitan terus menemui Redo saat kuliah, tak terlintas di pikirannya kata menyerah. Sebab, tekad Redo sudah bulat. Lewat kertas rancangan mesin yang sehari-hari dia buat, dia bertekad meraih cita.

Cita-cita bahwa suatu hari Redo akan pulang ke rumahnya dengan gelar sarjana teknik mesin. Dengan gelar sarjana itu, Redo bertekad mengantarkan ayah ibunya keluar dari belenggu kemiskinan yang sepanjang hidup melilit mereka. n ed: abdullah sammy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement