Sabtu 15 Jun 2013 08:11 WIB
Intelijen AS

Dukungan Media Cina untuk Snowden

Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).
Foto: AP/Kin Cheung
Website pendukung Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan dokumen-dokumen rahasia tentang program pengawasan AS, yang ditampilkan pada layar komputer di Hong Kong, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Kasus Edward Snowden menjadi uji coba baru bagi hubungan Cina dan AS. Apakah Cina akan mengekstradisi Snowden ataukah sebaliknya memberikan suaka kepada mantan karyawan Badan Intelijen AS (CIA) itu. Salah satu surat kabar pendukung Partai Komunis Cina, the Global Times, meminta agar pemimpin Cina untuk menggali informasi dari Snowden dari pada mengirimkannya pulang ke AS.

Snowden (29 tahun) membocorkan dokumen intelijen tentang program mata-mata Badan Keamanan Nasional AS (NSA). Dokumen itu menunjukkan bagaimana AS mengumpulkan data telekomunikasi jutaan warga dan menyadap jaringan internet, termasuk media sosial, seperti Facebook.

Pegawai yang telah dipecat dari kantor rekanan NSA kini bersembunyi di Hong Kong, wilayah semiotonom Cina. Saat diwawancara dengan South China Morning Post, Snowden menuduh NSA telah meretas ratusan target di Hong Kong dan dataran Cina dalam salah satu operasi 61 ribu target.

Dalam editorialnya, Jumat (14/6), the Global Times yang terbit dua bahasa, Cina dan Inggris, menilai Snowden dapat memberikan data intelijen kepada Cina. Informasi itu bisa membantu negara Tiongkok ini untuk memahami dunia siber dan meningkatkan posisi tawarnya kepada Washington.

“Snowden mengambil inisiatif untuk memublikasikan serangan siber Pemerintah AS kepada Hong Kong dan daratan Cina. Persoalan ini menjadi bagian kepentingan Cina,” tulis the Global Times. “Pemerintah Cina harus membiarkannya untuk buka suara.”

Mereka melanjutkan, pertimbangan Beijing seharusnya tidak hanya memikirkan hubungan kedua negara. Tapi, juga bagaimana pendapat publik di dalam negeri yang sepertinya tidak senang jika Snowden diekstradisi. “Kita menyadari bagaimana agresifnya AS di dunia siber. Kita juga menyadari bagaimanan sembilan perusahaan internet besar dunia telah membantu AS dalam intelijen,” tulis koran nasionalis ini.

Masalah serangan siber telah menjadi isu hangat bagi kedua negara. Dalam pertemuan Presiden Barack Obama dan Presiden Cina Xi Jinping, pekan lalu, persoalan ini turut menjadi pembahasan. Bahkan, Obama menyindir langsung serangan siber Cina kepada AS dan meminta segera menindak persoalan ini segera. Washington Post dalam laporannnya pernah mengabarkan serangan siber Cina telah mengakses puluhan sistem persenjataan milik Paman Sam. Cina telah membantah dan balik menuding AS.

Sejumlah pengamat menilai, Cina akan memanfaatkan kasus Snowden. Kantor berita Cina Xin Hua, Jumat (14/6), menuliskan kasus Snowden telah menampar muka AS sebagai pejuang kebebasan siber dan mengungkapkan kemunafikannya.

Kementerian Luar Negeri Cina masih bersikap hati-hati menyikapi persoalan ini. Juru bicara kementerian Hua Chunying, Kamis (13/6), ketika ditanya apakah Amerika telah meminta ekstradisi Snowden menjawab mereka tidak memiliki informasi relevan untuk disampaikan. Tapi, dia menegaskan, Cina juga merupakan korban serangan siber.

Direktur Biro Investigasi Federal AS Robert Mueller mengatakan, Snowden merupakan target investigasi kriminal. Perbuatannya mengungkapkan dokumen tersebut telah membahayakan keamanan negara. n reuters ed: teguh firmansyah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement