Kamis 13 Jun 2013 04:57 WIB
Konflik di Aceh

Kelompok Bersenjata Hantui Aceh

 Warga mengibarkan bendera merah putih di pusat kota Meulaboh Kab. Aceh Barat, Aceh, Ahad (31/3).
Foto: Antara/Zulkifli
Warga mengibarkan bendera merah putih di pusat kota Meulaboh Kab. Aceh Barat, Aceh, Ahad (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian menyatakan masih menelusuri motif di balik penculikan seorang pekerja asing asal Skotlandia yang bekerja di PT Medco EP Aceh. Peristiwa yang terjadi Selasa (11/6) siang itu diduga dilakukan kelompok bersenjata yang masih beredar di Aceh.

Menurut Kabid Humas Polda Aceh Kombes Gustav Leo, hingga Rabu (12/6) sore, pengejaran masih terus dilakukan. Ratusan personel TNI-Polri bergabung dalam upaya pengungkapan penculikan yang terjadi di Desa Lubuk Pempeng, Aceh Timur, tersebut.

Gustav mengatakan, para penculik diketahui berjumlah empat orang dan membawa aneka senjata laras panjang dan pendek. Dugaan sementara, para pelaku adalah bagian dari gerombolan bersenjata yang masih eksis di wilayah Aceh dan sekitarnya.

“Polisi sampai saat ini masih melakukan inventaris kejadian dan melakukan pengejaran, semua dugaan masih kami dalami,” ujar Gustav, kemarin.

Ia menuturkan, pekerja yang diculik bernama Malcom Primsore dan bersia 60 tahun. Ia adalah karyawan kontraktor jasa drilling service yang bekerja untuk proyek eksplorasi di Blok A, Matang Field di Aceh Timur.

Kejadian bermula ketika pada pukul 11.00 WIB, Primsore dalam perjalanan menuju markas (basecamp) di Rantau Peureulak dari lokasi pengeboran. Ia mengendarai kendaraan Pajero bernopol BK 1733 ZN bersama seorang sopir.

Tiba-tiba mobil tersebut dihadang orang tidak dikenal yang seketika menembakkan senjata api ke udara. Mobil itu lalu dituntun oleh para pelaku yang menggunakan mobil Avanza hitam tanpa pelat nomor.

Sampai di suatu lokasi, supir Malcom, Danil, lantas diikat dan ditinggalkan di dalam mobil Pajero. Sedangkan, Malcom dibawa oleh kawanan penculik tersebut dengan mobil mereka.

Senjata api (senpi) bekas konflik terungkap masih banyak beredar di Aceh. Sejak November 2012 hingga Mei 2013, Kodam Iskandar Muda setidaknya menerima 56 pucuk senjata api.

Menurut Kapendam Iskadar Muda Kolonel (Arh) Subagio Irianto, senpi tersebut sebagian rakitan, selebihnya buatan pabrik. Diperkirakan, senpi ilegal yang beredar di Aceh belum sepenuhnya terkumpul.

Konflik bersenjata antara GAM dan TNI berlangsung sejak tahun 1970-an. Konflik tersebut diakhiri dengan perjanjian damai antara pemerintah pusat dan GAM di Helsinki, Finlandia, pada Agustus 2005. Seluruh pucuk senapan yang dimiliki pasukan GAM wajib diserahkan ke TNI dan Polri untuk dihancurkan.

Pihak PT Medco E&P Indonesia menyatakan telah melaporkan kejadian ke aparat keamanan, pemerintah daerah, regulator SKK MIGAS, dan Kedutaan Besar Inggris. Head of Corporate Secretary PT Medco Imron Gazali mengatakan, perusahaan juga berkoordinasi dengan pihak keamanan dan pemda setempat untuk mendapat informasi keberadaan pekerja tersebut.

Dilaporkan dalam laman berita bbc.co.uk, Kedutaan Besar Inggris di Jakarta telah mengirim tim ke Aceh untuk menindaklanjuti penculikan. Kedubes Inggris juga terus melakukan komunikasi dengan aparat keamanan dan pemda setempat. n gilang akbar prambadi/antara ed: fitriyan zamzami

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement