Senin 10 Jun 2013 09:04 WIB
Taufiq Kiemas Wafat

Jaga Warisan Taufiq Kiemas

 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi inspektur upacara pemakaman Almarhum Ketua MPR Taufiq Kiemas di Taman Makam Pahlawan, Jakarta, Ahad (9/6). (Republika/Agung Supriyanto)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi inspektur upacara pemakaman Almarhum Ketua MPR Taufiq Kiemas di Taman Makam Pahlawan, Jakarta, Ahad (9/6). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR Taufiq Kiemas telah meninggalkan banyak warisan penting bagi bangsa dan negara ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut Indonesia telah kehilangan tokoh yang sering berperan sebagai juru damai atau conciliator atas beragam konflik.

“Kita telah kehilangan salah seorang putra terbaik bangsa, politisi terkemuka, tokoh penegak demokrasi, conciliator, dan seorang negarawan,” kata SBY ketika memimpin upacara pemakaman suami mantan presiden Megawati Soekarnoputri itu di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Ahad (9/6).

Peran juru damai yang kerap dimainkan Taufiq ini, kata Presiden, terlihat dalam upaya-upaya rekonsiliasi di dunia politik. Langkah itu dilakukan untuk penguatan kebersamaan dan persatuan bangsa.

Presiden menegaskan, hal ini menunjukkan Taufiq sebagai sosok yang selalu ingin melihat ke depan demi kepentingan dan kemajuan bangsa. Selain itu, Taufiq juga menginginkan hadirnya generasi penerus bangsa yang lebih baik. “Dalam hal ini, kami bersatu dalam pemikiran,” ujar Presiden.

SBY memuji konsistensi pria yang lahir pada 31 Desember 1942 tersebut dalam melakukan perjuangan politik yang diyakininya. Konsistensi itu yang menjadikan Taufiq sebagai politisi yang disegani, penegak demokrasi, nasionalis, dan negarawan yang mengesampingkan kepentingan politik pribadinya.

Pada awal era reformasi, SBY mengenang, Taufiq berperan aktif dalam menggelorakan semangat reformasi yang telah mengembalikan haluan negara ini ke arah yang lebih demokratis. Ketika menjabat sebagai ketua MPR, Taufiq mengawal demokrasi itu dengan kerja yang penuh semangat dan tanggung jawab.

Presiden mengatakan, semangat dan kegigihan itu ditunjukkan dalam menyosialisasikan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Tidak pernah surut, bahkan saat kondisi kesehatannya mulai menurun sekalipun,” kata dia. Empat pilar kebangsaan itu pun menjadi warisan berharga mantan aktivis GMNI itu.

Taufiq mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Singapura, Sabtu (8/6), pukul 19.05 waktu setempat atau 18.05 WIB. Jenazahnya dishalatkan setelah tiba di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Ahad pagi, dan langsung dimakamkan di TMP Kalibata.

Upacara kenegaraan pemakaman dimulai sekitar pukul 11.25 WIB atau 25 menit setelah jenazah almarhum tiba di TMP Kalibata. Presiden memimpin langsung upacara ini. Presiden juga menganugerahkan Bintang Republik Indonesia Adipradana kepada Taufiq atas jasa dan pengabdiannya yang besar kepada bangsa dan negara.

Tokoh-tokoh yang terlihat menghadiri pemakaman Taufiq, di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Agama Suryadharma Ali, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra, Ketua Nasdem Surya Paloh, dan Gubernur DKI Joko Widodo.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman menilai Taufiq memiliki peran penting menjaga demokrasi Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan memprakarsai pertemuan para pimpinan negara yang sekarang rutin dilakukan.

Pertemuan tersebut digelar sekitar tiga bulan sekali. Tuan rumah pertemuan pun selalu berpindah tempat. Terkadang di DPR, di MPR, bahkan di Istana Negara. Menurut Irman, secara informal, Taufiq rajin melakukan mekanisme informal untuk menjaga demokrasi. n eshti maharani/c01/gilang akbar prambadi/antara ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement