Sabtu 08 Jun 2013 09:07 WIB
Kekerasan Terhadap Perempuan

Perempuan Masih Jadi Objek Kekerasan

Tingkat kekerasan perempuan di Jakarta cukup tinggi. (ilustrasi)
Foto: www.jawaban.com
Tingkat kekerasan perempuan di Jakarta cukup tinggi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan terhadap perempuan yang bekerja pada sektor transportasi terjadi lagi. Setelah pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air, kejadian serupa dialami petugas tiket Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek Commuter Line di Jakarta, Kamis (6/6) malam.

Petugas bernama Fathmah Ikha Haryati (27 tahun) itu mengalami kekerasan ketika sedang memeriksa tiket penumpang di kereta nomor 558 Jakarta Kota-Bogor. Ketika menanyakan tiket pada lima pemuda, hanya satu dari mereka yang memiliki tiket.

"Karena tidak memiliki tiket, Fathmah meminta mereka turun di stasiun terdekat, yaitu Pasar Minggu Baru," ujar Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) Eva Chairunisa, Jumat (7/6).

Saat gerombolan pemuda itu turun di Stasiun Pasar Minggu Baru, seorang di antaranya memukul Fathmah yang berdiri di pintu kereta. Belum diketahui identitas pelaku pemukulan. Para penumpang lain berupaya mengejar lima orang pemuda ini. “Tapi, kereta sudah keburu jalan," ujar Eva.

Akibat pemukulan tersebut, korban yang baru satu tahun bekerja di PT KCJ itu mengalami lebam di bagian mata sebelah kiri. Menurut korban yang tinggal Cimanggis tersebut, pelaku mengenakan pakaian biasa, tidak terlihat seperti karyawan.

Hingga kini PT KCJ masih melakukan pencarian pelaku pemukulan. Eva mengatakan, adanya pemukulan terhadap petugas membuat PT KJC akan meningkatkan pengamanan dan upaya-upaya sterilisasi di setiap stasiun. "Agar bisa menutup jalan bagi pengguna tanpa tiket," ujar dia.

Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan, PT KCJ harus bisa mencegah agar pemukulan seperti itu tidak terjadi lagi. Ketiadaan dan ketidaksesuaian tiket perjalanan membuktikan adanya kelengahan PT KCJ.

Pada Rabu (5/6), pemukulan dialami pramugari Sriwijaya Air Nur Febriyani. Dia dipukul oleh Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung Zakaria Umar Hadi. “Dia memukul saya dua kali. Pukulan kedua lebih keras dari yang pertama,” kata Febriyani.

Febriyani menegur Zakaria yang masih menggunakan telepon seluler ketika pesawat akan terbang. Febriyani bercerita bahwa Zakaria mengatakan berhak memperlakukannya dengan kasar karena sudah mengeluarkan uang membeli tiket. “Kata dia, Saya ini penumpang, raja,” ujar dia.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang Ervan mengkritik buruknya disiplin para penumpang, baik kereta maupun pesawat terbang. Di pesawat terbang, pelanggaran yang kerap dilakukan bukan hanya enggan mematikan telepon seluler. Kejadian lain, menurut Bambang, keengganan penumpang diperiksa secara detail apabila terdengar bunyi saat melewati metal detector.

Ketua Komnas Perempuan Yunianti Chuzaifah berpendapat, proses dan penegakan hukum perlu lebih digalakkan demi melindungi pekerja perempuan. Dia menekankan penegakan hukum perlu dilakukan untuk menghadirkan efek jera kepada pihak yang menganggap perempuan rendah dan layak diperlakukan kasar. “Harus tegas, jangan sampai ada kerentanan yang membuat rasa keamanan kaum perempuan hilang,” kata dia.

Khusus pemukulan pramugari, Yunianti menegaskan proses hukum harus dijalankan dengan serius mengingat pelakunya pejabat publik. Zakaria seharusnya menjadi tauladan masyarakat, bukannya malah menyakiti perempuan. n muhammad iqbal/gilang akbar prambadi/c01/cr01 ed: ratna puspita

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement