Jumat 07 Jun 2013 08:38 WIB
Bursa Saham

Electronic City Tawarkan Saham Perdana

Logo of Electronic City (illustration)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Logo of Electronic City (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan ritel elektronik, PT Electronic City Indonesia, segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagai besar dana hasil penawaran umum saham perdana (IPO) akan digunakan untuk membangun sejumlah toko baru untuk memperluas jaringan bisnis perseroan.

Direktur Keuangan Electronic City Made Agus Dwiyanto mengungkapkan, perseroan melepaskan sebanyak-banyaknya 333,33 juta lembar saham 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp 100. “Harga saham ditetapkan sebesar Rp 4.050 hingga Rp 5.400 per lembarnya,” ujarnya, Rabu (5/6).

Perseroan telah menunjuk PT Danareksa Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Penawaran awal dilakukan 5-14 Juni 2013. Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan diperoleh pada 21 Juni 2013. Sedangkan, pencatatan di BEI direncanakan pada 3 Juli 2013. Perseroan juga akan melakukan penerbitan alokasi saham untuk karyawan (ESA) sebanyak-banyaknya dua persen dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan.

Sebanyak 10 persen dari dana hasil IPO akan dialokasikan untuk pelunasan pinjaman kepada Bank CIMB Niaga dan Bank Victoria. Lima persen lainnya untuk modal kerja. Sedangkan, sekitar 85 persen dari dana tersebut akan dipakai untuk pengembangan took, termasuk akuisisi lahan.

Tahun ini, Electronic City akan melakukan ekspansi dengan membuka 30 toko dan mengembangkan toko yang sudah ada saat ini, sebanyak 36 toko. Toko baru masih akan dibangun di Jakarta dan sekitarnya. Perseroan melakukan ekspansi toko dalam tiga format, yaitu toko di dalam mal, di bangunan rumah toko (ruko), dan bangunan tersendiri (stand alone).

Pengembangan toko ini akan menghabiskan 80 persen dari belanja modal perseroan pada 2013 yang mencapai Rp 800 miliar. Nilai tersebut tumbuh 10 kali lipat bila dibandingkan dengan belanja modal perseroan tahun lalu yang hanya Rp 80 miliar.

Dengan ekspansi yang cukup besar-besaran itu perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan 50 persen pada akhir 2013. Tahun lalu perseroan mencatat perolehan pendapatan sebesar Rp 1,4 triliun. Sedangkan, target laba bersih dipatok 10 persen dari target pendapatan, yaitu sekitar Rp 280 miliar.

Hingga 2012, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 125 miliar atau naik 396 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 23 persen menjadi Rp 1,43 triliun.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, harga saham yang ditetapkan kepada IPO Electronic City di atas ekspektasi investor. Bagi investor harga saham yang pantas untuk sebuah emiten ritel berada di level Rp 1.800 hingga Rp 2.000. Meskipun demikian, Reza memandang bisnis ritel yang menjadi fokus perseroan memiliki prospek yang cukup baik.

Hal ini mengingat, ekonomi Indonesia yang cukup baik dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat. “Selama mal, gerai ritel, atau pusat perbelanjaan masih ramai dikunjungi, berarti daya beli masyarakat masih ada dan itu menjadi pemasukan buat perusahaan,” katanya.

Hal yang sama diungkapkan Kepala Riset PT Buana Capital Alfred Nainggolan. Menurutnya, tingkat pertumbuhan konsumsi domestik memberi pengaruh kepada pertumbuhan kinerja emiten-emiten di sektor ritel. “Pola karakter masyarakat yang konsumtif berimbas pada perusahaan yang bergerak di sektor itu,” katanya. Ditambah lagi bertumbuhnya masyarakat kelas menengah yang mendorong pertumbuhan konsumsi tersebut. n friska yolandha ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement