Selasa 04 Jun 2013 09:02 WIB
Kesejahteraan Petani

BPS Klaim Kesejahteraan Petani Naik

Senyuman bahagia seorang petani (ilustrasi)
Foto: Republika/Amin Madani
Senyuman bahagia seorang petani (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerugian petani akibat ketidakpastian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tak tergambar dalam data Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut data BPS, efek dari rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terhadap petani belum terlihat sepanjang Mei 2013.

BPS mencatat deflasi Mei sebesar 0,03 persen yang dikompilasi dengan kenaikan nilai tukar petani (NTP) dari 104,55 pada April 2013 menjadi 104,95 per Mei 2013. "Terlihat di sini NTP meningkat. Artinya, pengaruh fisiologisnya tidak terlalu besar," kata Kepala BPS Suryamin, dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/6). 

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula kemampuan atau daya beli petani.

Berdasarkan data BPS, terjadi kenaikan NTP pada seluruh subsektor pertanian sepanjang Mei 2013, antara lain, pada tanaman pangan (dari 103,84 menjadi 104,23), hortikultura (108,27-108,98), tanaman perkebunan rakyat (105,17-105,41), peternakan (101,15-101,5), perikanan (105,1-105,34).  "Ini menunjukkan tingkat kesejahteraan petani pada Mei 2013 meningkat," ujar Suryamin.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, ekspektasi inflasi akibat rencana kenaikan BBM sepanjang Mei 2013 belum terlihat akibat semakin rasionalnya masyarakat. Walaupun rencana kenaikan harga BBM masih isu, mereka tidak melakukan penyesuaian.

Sasmito menambahkan, daya beli masyarakat masih relatif kuat. Terlebih di masa-masa menjelang bulan puasa dan Lebaran, masyarakat cenderung membelanjakan pendapatannya. Kuat atau lemahnya daya beli masyarakat baru akan terlihat setelah Lebaran usai atau Agustus 2013.  "Tapi, saya kira sampai Agustus daya belinya masih akan kuat," ujar Sasmito.

Fakta berbeda muncul di daerah. Petani justru mengalami penurunan daya beli. BPS Nusa Tenggara Barat (NTB) memang mencatat adanya kenaikan NTP pada Mei 2013 sebesar 94,80 dari sebelumnya 94,22 pada April 2013. Namun, Kepala BPS NTB Soegarenda mengatakan, meski mengalami peningkatan, daya beli petani menurun karena NTP masih di bawah 100.

Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, nelayan dan petani setempat masih tertekan isu kenaikan harga BBM. Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Kabupaten Indramayu Didi Mujahiri mengatakan, kenaikan harga solar akan membuat pendapatan nelayan menjadi turun. Modal melaut akan menjadi naik, sedangkan nilai jual hasil tangkapan tidak naik.

 

Hal senada diungkapkan Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jabar, Ono Surono. Dia menyatakan, kenaikan harga BBM terutama jenis solar, sangat memberatkan nelayan. Apalagi, tidak ada jaminan bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti dengan kenaikan harga ikan di pasaran. "Nelayan Jabar menolak kenaikan harga BBM," ujar Ono.

 

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu Sutatang menyatakan, para petani membutuhkan solar untuk menjalankan traktor. Selain itu, solar juga dibutuhkan untuk menjalankan mesin pompa air, terutama saat musim kemarau. "Kasihan nasib petani kalau harga solar naik," ujarnya. n muhammad iqbal/lilis sri handayani ed: m ikhsan shiddieqy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement