Selasa 04 Jun 2013 08:10 WIB
Warisan Budaya

Mengemas Warisan Budaya

Perhiasan emas
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perhiasan emas

REPUBLIKA.CO.ID, Semakin ramai acara-acara yang bernapaskan budaya tradisional digelar, khususnya di Jakarta. Selain mengakrabkan peninggalan nenek moyang, acara-acara budaya yang dikemas populer juga nyatanya diminati pasar. 

Acara-acara semacam ini pun mulai diselenggarakan di mal-mal dan ruang publik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, budaya tradisional harus terus digaungkan. “Tidak hanya ditempat-tempat terbatas, tapi juga di ruang publik yang dekat dengan masyarakat,” kata dia. Menurutnya, hal tersebut dapat meningkatkan kebanggaan terhadap kebudaan yang dimiliki oleh bangsa sendiri.

Baru-baru ini, pada 29 Mei-2 Juni 2013, kekayaan budaya pulau Jawa dipamerkan melalui acara Fabulous Java “A cultural gala of Java” di Senayan City, Jakarta Pusat. Kebudayaan di pulau Jawa yang membentang dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dituangkan dalam parade karnaval fashion yang mengelilingi mal.

Sederet fashion show koleksi dari Lekat, Pekalongan Encim, dan kemeriahan dari Jember Fashion Show Carnaval pun digelar. Kemeriahan yang dibawa dari acara tahunan Jember fashion carnaval menampilkan kekhasan pakaian traisional dari berbagai wilayah di pulau Jawa.

Sesuai dengan gaya karnavalnya, deretan busana yang ditampilkan pun ramai dengan ornamen, corak, perpaduan kain dan warna. Aksesori dan riasan pun tampak meriah bergemerincing akibat hentakan tarian para penampil diiringi musik dan tabuh-tabuhan gendang.

Penampilan kesenian yang disuguhkan kepada para pengunjung mal, yaitu Reog Ponorogo, Folklore Gita Tunggal Crescendo, juga Teater Abang None. Beberapa talkshow juga digelar, di antaranya, mengangkat tema Tenun Garut, Tenun Baduy, kuliner asli khas Jawa, drama, hingga kelas khusus membatik.

Rata-rata peserta kelas membatik menyatakan, ini adalah pengalaman pertama mereka. Meski dekat dengan batik, peserta banyak yang tidak menyadari kerumitan menerapkan sebuah pola hingga menjadi kain batik. “Sekarang, jadi lebih menghargai batik dan tentunya pembuatnya,” tutur Reni, karyawati swasta asal Jakarta yang ikut kelas membatik di mal. 

Upaya lain dilakukan Reny Feby, pemilik Pendhapa Pusthika Galery di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ia melakukannya lewat koleksi “Indonesian Heritage Jewelleries” yang baru diluncurkan, beberapa pekan lalu.

Perancang perhiasan yang produknya sudah melanglang buana ke berbagai negeri ini mendesain lebih dari 50 macam item perhiasan dengan filosofi kebudayaan Indonesia. Manager Reny Feby Jewelleries, Suwanti, mengatakan, setiap perhiasan dibuat dengan ciri khas wilayah.

Di antaranya, wilayah Jawa Tengah, Solo, Yogya, Batak, Padang, Aceh, hingga Flores. Perhiasan dan aksesori yang dibuat merupakan item untuk keperluan formal maupun khusus. Seperti, tusuk konde, kalung, anting-anting, giwang, bros besar untuk ornamen pengantin, kalung choker, gelang, juga cincin.

“Semuanya dibuat dengan tangan oleh perajin kami di workshop dan perajin di daerah,” kata Suwanti. Ia mengatakan, pembuatannya dilakukan sekitar dua bulan. Meski cukup singkat, koleksi ini memiliki detail yang rapi dan apik yang menjadi ciri khas Reny Feby Jewelleries.

Semua perhiasan terbuat dari bahan logam kuningan yang dipadukan dengan batu-batu mulia dan koin-koin peninggalan nenek moyang. Hal ini menambah keunikan karena terkesan lebih kasual, sehingga cocok untuk kaum muda yang gemar memadukan aksesori.

“'Sengaja tidak dibuat dari emas atau perak karena harganya tinggi,” kata dia. Agar kemilaunya tahan lama pewaarnaan perhiasan pun menggunakan sentuhan teknologi nanokrom.

Perhiasan-perhiasan ini memiliki detail yang cukup rumit, tapi tetap rapi. Bentuknya yang simetris dan banyak liukan dan cembungan membawa kesan budaya Jawa, seperti perhiasan wanita keraton. Kesan antik pun ditonjolkan dengan warna keperakan dan ornamen geometris yang kuat.

Beberapa koleksi ini rutin diikutsertaan dalam pameran di luar negeri, seperti Kuala Lumpur, Malaysia, dan Jepang. Semua koleksi tersebut saat ini tengah dipamerkan dan dijual di Pendhapa Pusthika. n c70/ ed: wulan tunjung palupi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement