Selasa 28 May 2013 15:54 WIB

Mendongeng dengan Benar Bentuk Karaker Anak

Aktivitas mendongeng dan membaca ialah bentuk pengasuhan berkualitas untuk membentuk perkembangan anak (Ilustrasi)
Foto: Corbis.com
Aktivitas mendongeng dan membaca ialah bentuk pengasuhan berkualitas untuk membentuk perkembangan anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Riris Kusumawati Sarumpaet mengatakan bahwa penyampaian dongeng dan cerita kepada anak-anak harus dilakukan dengan benar guna membentuk karakter baik pada anak.

"Anda yang mau mendongeng untuk anak-anak harus menyampaikan dengan cara dan bahasa yang baik dan tepat karena pada saat itu anda sedang "mengukir" atau "memahat" karakter anak yang mendengar dongeng anda," kata Riris di Jakarta, Selasa.

Pernyataan tersebut dia sampaikan pada Seminar dan Loka Karya tentang Penulisan Cerita Anak dan Mendongeng yang bertema "Dongeng Memacu Budaya Gemar Baca-Tulis dan Membentuk Karakter Luhur Anak Bangsa" di Aula Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.

Riris mengingatkan para penyampai dongeng, baik pendidik maupun orang tua, untuk dapat membedakan secara jelas antara penyampaian cerita yang bersifat imajinatif dengan cerita yang bersifat realistik.

"Misalnya, bila menyampaikan cerita "Si Kancil dan Kelinci", pendongeng harus membuat anak-anak tetap sadar bahwa cerita itu hanya imajinasi," jelasnya.

Selanjutnya, dia mengatakan dalam penyampaian cerita maupun dongeng, si pencerita atau pendongeng perlu memperhatikan segi penalaran dan logika cerita dengan pemilihan kata dan kalimat yang benar.

Dia mencontohkan suatu kesalahan kalimat dari suatu cerita dalam "Kumpulan Fabel untuk Anak" yang dapat membuat anak-anak bingung ketika mencoba menalarkan cerita.

"Di buku itu ditulis, 'melihat perhatian yang diberikan oleh binatang lain, buaya menjadi suka memerintah binatang lainnya'. Kata-kata "binatang lain" dan "binatang lainnya" yang diulang justru membuat bingung anak-anak. Ini sebenarnya binatang yang mana?," ujarnya.

Dia menegaskan bahwa para pencerita dan pendongeng juga harus memilih buku yang akan dibacakan dengan hati-hati agar tidak ada kata-kata di dalam buku yang terlalu vulgar atau kasar.

"Itu karena cerita-cerita yang indah akan masuk ke dalam jiwa dan membentuk karakter yang indah pula. Maka akan berbahaya bila mendongeng dengan cerita yang datang dari jiwa yang tidak benar-benar mencintai anak-anak," kata Riris.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement