Rabu 22 May 2013 01:15 WIB
Magang

Ajang Uji Ketepatan

Program Pemagangan
Foto: blogspot.com
Program Pemagangan

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika memutuskan akan kuliah di satu jurusan tertentu, tak banyak mahasiswa yang memikirkan kemungkinan ia akan ‘salah jurusan’. Biasanya, rasa salah jurusan baru datang menggelitik ketika mahasiswa telah memasuki semester-semester akhir. Bahkan, tak jarang saat terjun ke dunia kerja.

Menurut Konsultan Human Resources Rene Suhardono Canoneo, magang merupakan momen tepat untuk menguji apakah bidang kuliah yang tengah dijalani tepat dengan pekerjaan yang diinginkan kelak. Sebab, menurutnya, magang bisa membuat mahasiswa mengerti pada fokus dan klasifikasi pekerjaan ke depannya.

Namun, paradigma yang kerap salah di lapangan adalah banyak mahasiswa magang yang berfokus memenuhi berbagai kriteria yang diperlukan perusahan. Hal ini, menurut Rene, adalah pemikiran usang.

Sekarang, yang lebih penting adalah berpikir apa yang diperlukan diri sendiri untuk bekerja. “Apa yang dibutuhkan perusahaan akan terpenuhi jika yang dibutuhkan mahasiswa sudah terpenuhi,” ujar Rene yang juga aktif sebagai penulis buku.

Selama ini, para pekerja pemula kerap memiliki pemahaman yang tak tepat soal dunia kerja. Yang ada di kepala mereka, biasanya terfokus pada pekerjaan adalah tentang tugas dan kewajiban.

Mereka, lanjutnya, sering kali lupa memikirkan kegembiraan dan keasyikan pekerjaan yang akan mereka geluti. Padahal, kalau para mahasiswa ini bisa mengubah cara pandangnya, mereka akan mampu berkontribusi lebih baik untuk dirinya maupun perusahaan.

Tak hanya itu, menurut Rene, yang penting adalah kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dan kepedulian. Jika mahasiswa memiliki kemampuan interaksi yang baik, otomatis ia akan memiliki kepedulian yang tinggi pada banyak hal.

Sikap-sikap inilah yang lebih diincar oleh perusahaan saat mencari pekerja. “Karena, dengan begitu ia akan bisa memberi kontribusi lebih pada perusahaan,” ungkap Rene yang juga dikenal sebagai Career Coach.

Magang akan menjadi tak relevan jika mahasiswa hanya berpikir banyaknya magang yang diikuti dapat menunjang pekerjaannya kelak. Padahal, kata Rene, perusahaan terkadang lebih melihat keaktifan selama berada di kampus ketimbang berapa banyak magang yang pernah diikuti.

Menurutnya, banyak paradigma berpikir yang harus diubah soal magang. Seperti, misalnya, masih banyaknya orang yang lebih mudah menjawab pertanyaan ‘what' dibandingkan ‘how’ apalagi ‘why’.

Tak Lagi Relevan Zaman

Sedikit berbeda, Director Indonesian Learning Center Novian Triwidia Jaya SE AK justru mengungkapkan, magang tak lagi relevan dengan zaman. Sebab, menurut Novian, mahasiswa magang biasanya hanya mendapat pekerjaan ringan yang justru tak sesuai dengan bidangnya.

Kegiatan magang, menurut Novian yang juga penulis buku dan trainer leadership, ini justru kebanyakan berujung pada penyia-nyian waktu. “Kalau mau adaptasi dengan dunia kerja, kita bisa datang dua atau tiga jam ke salah satu perusahaan,” ujarnya.

Saat ini, memang ada beberapa perusahaan yang membuka diri pada kunjungan-kunjungan mahasiswa. Kalau ingin tau seperti apa dunia kerja, kata dia, cukup minta izin datang ke salah satu perusahaan. Magang, kata Novian, lebih relevan dilakukan seusai kuliah. Saat ini, sejumlah perusahaan menerapkan sistem magang untuk karyawan baru.

Umumnya, perusahaan menamakan kegiatan magang selama tiga bulan sebagai masa uji coba. Sistem uji coba di awal masuk kerja yang diterapkan perusahaan, menurut Novian, justru lebih efektif.

Pada momen itulah pekerja baru benar-benar berkesempatan mengasah kemampuannya. Perusahaan pun mendapat benefit lebih dengan perekrutan magang model ini.

Yang juga tak kalah penting untuk diperhatikan para pekerja pemula adalah bukan berapa banyak magang yang pernah mereka ikuti. Lebih penting, kata Novian, adalah persiapan mereka menjelang bekerja.

Seperti, mempersiapkan resume yang matang dan kreatif, mempelajari teknik interview yang baik, dan belajar agar dapat lolos tes ujian masuk. “Di luar negeri, ini jadi hal serius yang harus di pelajari,” katanya.

 

Hal-hal tersebut, menurut Novian yang juga pernah menjabat sebagai manajer sumber daya manusia (SDM) salah satu perusahaan, harus lebih mendapat perhatian. Sebab, kata dia, semua pelamar hampir pasti bisa melakukan tugas di tempat ia melamar. Masalahnya adalah bagaimana bisa bersaing dengan mereka yang ingin memperebutkan posisi serupa. *

Tips Membuat Resume

Dalam proses prekrutan pekerja, hal pertama yang dilihat oleh bagian SDM perusahaan tentunya adalah curriculum vitae atau resume pelamar. Maka, membuat resume semenarik dan sekreatif bisa menjadi nilai lebih pelamar.

Menurut Director Indonesian Learning Center Novian Triwidia Jaya, resume tak ubahnya penampilan luar yang diharapkan mampu menarik perhatian. “Sama seperti melihat orang, yang dilihat pertama kali tampilannya, baru isinya,” ujar Novian.

Novian juga membagi sejumlah tips membuat resume yang menarik bagi perusahaan. Berikut tipsnya:

1. Buat resume yang kreatif dan menarik. Semakin kreatif dan menarik, resume semakin membawa nilai lebih bagi pelamar dan membuat pihak SDM perusahaan tertarik melirik.

2. Pilih foto yang sesuai dengan job position yang diincar. Misalnya, jika ingin melamar sebagai accounting pilih foto yang sedikit lebih serius. Sebaliknya, jika melamar sebagai humas atau public service, pilih foto yang menunjukkan senyum ceria dan wajah ramah.

3. Tonjolkan prestasi dibanding biodata diri. Mengetahui biodata diri kini tak lagi penting bagi perusahaan. Perusahaan akan lebih melirik pelamar yang memiliki segudang prestasi dan aktif dalam berbagai kegiatan.

4. Manfaatkan situs jejaring sosial. Seiring berkembangnya teknologi, tak ada salahnya meng-update situs jejaring sosial. Salah satu situs jejaring yang banyak dipantau perusahaan saat menyeleksi karyawan adalah Linked In.

5. Pilih bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu, pilih font atau huruf yang tak menyulitkan untuk dibaca. n gita amanda ed: setyanavidita livikacansera

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement