Rabu 22 May 2013 14:32 WIB

Jangan Mudah Menghukum Anak, Ini Bahayanya

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Endah Hapsari
Hukuman untuk anak/ilustrasi
Foto: travelstories.gr
Hukuman untuk anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian orang tua kerap secara sadar ataupun tidak sadar memaksa anak melakukan hal-hal yang mereka tidak inginkan.

Perintah demi perintah menyesak masuk ke telinga anak. Tak jarang, ayah dan bunda meng hentikan anak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan.

 

Padahal, semakin orang tua bersikeras, anak biasanya akan semakin aktif melawan. Solusinya, ajak anak bekerja sama. Jelaskan duduk perkara nya dan konsekuensi dari perbuatan anak.

Bagaimana jika anak masih juga bertingkah dan tak menyesali perbuatannya? Hindari mem beri hukuman. “Hukuman menghambat proses di diri anak, membuatnya makin sulit mengubah keadaan dan memantik kebencian pada orang tua,” kata psikolog dari Lembaga Bantuan Psikolog dan Mediasi, Satu Consul ting, dra Nana Maznah Prasetyo MSi.

Alih-alih menghukum, orang tua cukup memberikan pemahaman yang lebih baik akan konsekuensi dari perbuatan anaknya. Anak akan ber ubah saat memiliki kesadaran penuh. “Ungkapkan perasaan Anda dengan tegas tanpa menyerang pribadi anak,” saran Nana.

Selanjutnya, nyatakan harapan atau keinginan orang tua. Lalu, tunjukkan pada anak cara memperbaiki kesalahannya. Berikan pilihan pada anak. “Kamu boleh pinjam peralatan ayah namun harus dikembalikan pada tempatnya atau kalau tidak bisa mengembalikan ketempatnya, kamu tidak boleh pinjam,” ujar Nana memberi contoh kasus.

Dalam kasus tersebut, ayah cukup mengunci kunci kotak peralatannya jika anak mengabaikan kesepakatan peminjaman. Anak tentu akan terusik ketika menemukan ia tak lagi memiliki akses untuk memakai peralatan ayahnya. Ayah cukup menjawab, “Coba deh mikir!”

Biarkan anak merasakan konsekuensi perilakunya. Tahap berikutnya, ajak anak mengatasi masalah. “Sekarang kita harus bagaimana, supa ya kamu bisa menggunakan alat-alat itu jika diperlukan dan ayahpun mudah mencarinya?”

Agar anak tumbuh mandiri dan bertanggung jawab, biarkan anak membuat pilihan. Hargailah usaha anak dengan tidak tergesa menyodorkan solusi untuknya. Selain itu, orang tua jangan terlalu banyak bertanya dan tak perlu buru-buru memberi jawaban ketika ditanya.

Dorong anak agar mau menggunakan sumber lain selain orang tua. Jangan meremehkan harap annya. “Berikan dorongan positif berupa pujian untuk meningkatkan hasratnya untuk berperilaku positif,” ucap Nana.

Dorongan positif akan membangun citra diri positif. Pujian cukup dijabarkan dengan hal konkret. Contohnya, “Ibu melihat lantai kamar kamu bersih, tempat tidur sudah dibereskan, dan buku tertata rapi di rak. Senang rasanya memasuki kamar ini.”

Setelah itu, rangkum perilaku terpuji anak dalam satu kata. “Kamu memilah-milah pensil, krayon, dan pulpenmu, lalu menempatkannya pada kotak yang berbeda. Itu namanya pandai mengatur.” Pujian nan menghangatkan perasaan bukan? 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement