Senin 20 May 2013 01:25 WIB
Konflik Suriah

Assad Sambut Inisiatif AS-Rusia

Oposisi Suriah memasang roket untuk menyerang pasukan pemerintah Bashar al-Assad
Foto: Reuters
Oposisi Suriah memasang roket untuk menyerang pasukan pemerintah Bashar al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Bashar al-Assad menyambut baik inisiatif Amerika Serikat (AS) dan Rusia untuk menggelar konferensi perdamaian bagi Suriah. Meski menyambut inisiatif tersebut, ia meragukan niat baik Barat untuk menyelesaikan perang saudara yang sedang mengoyak negaranya.

Assad, seperti dikutip kantor berita Cina, Xin Hua, sangat berharap konferensi yang digagas Rusia-AS bisa menolong Suriah dari krisis berkepanjangan. ''Kami mendukung konferensi tersebut, namun kami juga harus bersikap realistis,'' ujar dia dalam wawancara dengan dengan wartawan surat kabar Argentina, Clarin, dan kantor berita Argentina, Telam, di Damaskus, Sabtu (18/5).

Ia pun menekankan, pemerintah Suriah siap menyelesaikan krisis di Suriah lewat jalur politik, misalnya melalui perjanjian damai. Meski demikian, ia ragu dengan kesediaan kelompok oposisi. Ia yakin, kelompok yang mendukung terorisme, dan juga didukung Israel, tak menghendaki solusi untuk mengatasi krisis.

Pada kesempatan itu, Assad juga menegaskan kembali tekadnya untuk tidak akan mundur dari kursi presiden sebelum Suriah menggelar pemilu pada 2014. Menurut dia, mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinan sama dengan lari dari tanggung jawab.

Ia juga menolak campur tangan asing dalam menentukan pemimpin di Suriah. Hal ini terkait dengan desakan AS dan sekutunya yang menginginkan ia  mundur dari pemerintahan. Assad menilai, tak seharusnya Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan pemimpin negara lain menentukan siapa yang berhak turun dan naik dari tampuk kepemimpinan Suriah. ''Seharusnya yang menentukan hal itu adalah rakyat Suriah sendiri pada pemilihan presiden 2014.''

Dalam wawancara panjang itu, Assad pun membantah pasukan pemerintah menggunakan senjata kimia terhadap penduduk sipil. Seperti marak diberitakan, AS dan negara-negara sekutunya menuding rezim Assad menggunakan senjata kimia, setidaknya pada dua kesempatan. "Tuduhan-tuduhan terhadap Suriah menyangkut penggunaan senjata kimia atau pengunduran diri saya berlangsung setiap hari. Dan itu mungkin digunakan sebagai satu awal perang terhadap negara kami," katanya.

"Mereka mengatakan kami menggunakan senjata-senjata kimia di permukiman penduduk. Jika mereka menggunakan (senjata kimia) di satu kota atau daerah pinggiran dengan hanya 10 atau 20 korban apakah itu dapat dipercaya?" katanya retoris.

Menurut Assad, ketika senjata kimia digunakan, maka jumlah korban yang tewas akan mencapai ribuan atau puluhan ribu dalam hitungan menit. Artinya, tudingan Barat mengenai senjata kimia hanya omong kosong.

Penculikan

Sementara, aksi kekerasan terus terjadi di Suriah dan terus memakan korban. Seperti dilaporkan BBC, Ahad (19/5), telah terjadi penculikan terhadap ayahanda Juru Bicara Assad, Faisal Mekdad. Pria yang telah berusia 80 tahun ini diculik di Ghossom, Provinsi Daraa Selatan. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan ini. Namun, selama ini kelompok oposisi kerap menargetkan keluarga pejabat dalam aksi-aksi kekerasan yang mereka lakukan.

Mekdad merupakan Juru Bicara Assad, khususnya untuk menyampaikan informasi terkait pihak asing dan media Barat. April lalu ia mengatakan kepada BBC, Suriah menghadapi konspirasi Barat dan Alqaidah. Ia menegaskan, pemerintah Suriah telah memenangi peperangan melawan oposisi. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement