Senin 20 May 2013 01:15 WIB
Lembaga Pendidikan Islam

Lembaga Pendidik Jadi Tantangan

Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tenaga pendidik menjadi salah satu tantangan yang dimiliki lembaga pendidikan Islam. Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) Arifin Junaidi mengatakan, ini persoalan yang ada di depan mata dan perlu penanganan baik. Menurut dia, lembaga pendidikan yang dinaunginya membutuhkan bukan sekadar seorang pendidik.

“Mereka bukan orang biasa, melainkan yang bisa memberikan contoh baik bagi para siswa,” kata Arifin di sela acara peluncuran jambore nasional bertajuk “Perkemahan Wirakarya Maarif NU Nasional” di Jakarta, Sabtu (18/5). Karena itu, Ma’arif akan meningkatkan kapasitas tenaga pendidik sehingga memperoleh tenaga-tenaga yang sesuai keinginan.

Sejak berdiri pada 1959, Lembaga Pendidikan Ma’arif tak letih mendampingi masyarakat. Mereka menghadirkan sekolah formal dan madrasah. Jumlahnya mencapai 13 ribu dan dua pertiganya adalah madrasah. Bahkan, madrasah yang dikelola Ma’arif mencapai 40 persen dari madrasah nasional. Arifin mengatakan, dibutuhkan pendidik berkualitas dan satu visi untuk mengimbangi banyaknya jumlah siswa.

Mereka dituntut mampu membentuk karakter siswa yang islami. Mereka pun diharapkan mampu mengajarkan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah yang selama ini dianut NU. Arifin mengatakan, selama ini lembaga pendidikan yang dikelola Ma’arif mengajarkan Islam yang ramah, santun, dan bernilai tinggi. “ Kami juga mempunyai kurikulum sendiri yang mengadopsi sistem pesantren.”

Singkat kata, ujar Arifin, pihaknya membentuk siswa berkarakter. Mereka kelak diharapkan menjadi generasi yang membangun bangsanya dan mengembangkan sikap toleransi. Ia mengaku pembangunan karakter memang menjadi ciri utama di lembaga pendidikan NU ini. Di sekolah lain, katanya, pembangunan karakter sudah melemah.

Arifin menuturkan, tantangan kedua yang dihadapi lembaga pendidikan Islam adalah sarana pendidikan yang kurang memadai. “Terutama, sekolah dan madrasah yang ada di luar Jawa. Sarana di sana masih sangat kurang,” ujarnya. Meski demikian, ia bertekad membantu masyarakat, termasuk dari kalangan bawah. Sekolah milik Ma’arif hadir membantu siswa di daerah tertinggal di wilayah terluar Indonesia.

Secara terpisah, Sekretaris Umum PP Persatuan Islam (Persis) Irfan Safrudin mengatakan, organisasinya memiliki hingga 250 sekolah di seluruh Indonesia. Jenjang sekolah tersebut dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga madrasah aliyah (MA) atau setingkat sekolah menengah atas (SMA). Menurutnya, tantangan yang harus ditaklukkan adalah bagaimana memberi pengaruh di tengah masyarakat.

Ia menghendaki lulusan dari sekolah Persis membawa hal positif bagi masyarakatnya. Paling tidak, mereka berlaku baik. Sebab, selama ini pendidikan agama Islam diajarkan di seluruh jenjang pendidikan di sekolah Persis. “Kami membekali siswa dengan pengetahuan agama. Porsinya tentu lebih banyak dibandingkan sekolah umum,” katanya.

Ia juga bersyukur karena unit sekolah yang Persis bangun cenderung mengalami peningkatan. Bagi Irfan ini menunjukkan minat masyarakat untuk menitipkan anaknya di lembaga pendidikan Islam mengalami peningkatan. n rosita budi suryaningsih ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement