Jumat 17 May 2013 14:08 WIB

Berat Lahir Bayi Indikasikan Paparan Autisme

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Bayi/ilustrasi
Foto: hdwpapers.com
Bayi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUSSEX -- Temuan itu dirilis dalam The American Journal of Psychiatry. Artikel itu menunjukan hubungan yang jelas antara bayi berbobot lahir besar dengan risiko gangguan spektrum autisme (ASD).

Studi itu dilakukan para peneliti dari University of Manchester, Inggris. Hasil penelitian juga menyebutkan bayi yang terlahir prematur atau mengalami hambatan perkembangan dalam kandungan serta bayi berbobot lahir rendah juga beresiko mengalami ASD.

Studi yang dilakukan Northwestern University tahun lalu menyatakan berat lahir bayi adalah faktor eksternal yang meningkatkan risiko paparan autisme. Autisme adalah kondisi yang memengaruhi cara sesorang berkomunikasi. Dan sayangnya, tak ada obat untuk autisme.

Berdasarkan Pusat Kontrol dan Pencegahan (CDC), satu dari 50 anak di Amerika mengalami ASD. Bersasarkan data Pusat Layanan Kesehatan Nasional, diperkirakan satu persen dari seluruh anak di Inggris terpapar ASD. Para peneliti menyimpulkan, ini adalah konsekuensi dari faktor lingkungan dan genetik.

Profesor Kathryn Abel, dari Universitas Pusat Kesehatan Mental Perempuan, menjelaskan, proses yang mendorong terjadi ASD terjadi selama masa kehamilan. Penyebabnya bisa karena faktor genetik dan non genetik.

Penting bagi para Ibu untuk memahami tahapan perkembangan bayi di masa kehamilan. Gangguan perkembangan bayi pada masa itu meningkatkan risiko ASD. Tanda ASD pada anak dapat terlihat di tiga tahun awal usianya.

Pada 2001 hingga 2007, Stockholm Youth Cohort Swedia mengumpulkan data anak usia nol hingga 17 tahun dengan mengamati hasil ultrasonigraph (USG) dan perilaku mereka. Mereka menemukan 4.283 dari 36.588 bayi dan anak yang mereka amati mengalami ASD.

Studi mereka menunjukan bayi dengan bobot lahir lebih dari 4,5 kilogram dan bayi berbobot lahir kurang dari 2,5 kilogram, lebih beresiko terpapar ASD.

Profesor Abel menambahakan, pertumbuhan abnormal di masa kehamilan berhubungan dengan fungsi plasenta. Hal itu dapat terjadi jika wanita hamil mengalami gangguan kesehatan. "Semua hal yang menghambat perkembangan janin, juga akan memengaruhi perkembangan otaknya," kata Abel.

Sebuah studi tentang plasenta bayi dirilis April lalu oleh Yale School of Medicine. Hasil studi menjelaskan plasenta bayi yang baru lahir dapat membantu prediksi kemungkinan ASD yang dialami anak.

sumber : Medicalnewstoday.com

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement