Selasa 30 Apr 2013 12:59 WIB

Kalimat Negatif vs Kalimat Positif

Mengubah perilaku bisa mengembalikan sikap positif anda
Foto: Guardian/Alamy
Mengubah perilaku bisa mengembalikan sikap positif anda

Pernah tidak, Anda merasa berkecil hati dan tersudutkan oleh perkataan seseorang? Contohnya begini: Ketika Anda berhasil masuk menjadi finalis sebuah kompetisi, lantas Anda membagi kebahagiaan dengan seseorang –atau beberapa orang-, lalu responsnya datar-datar saja. Bahkan yang paling "nyucuk" ke hati, dijawab dengan kata-kata seperti, "Baru juga jadi finalis, belum jadi pemenang!" Wah, bisa jadi semangat yang tadinya menggebu-gebu langsung lenyap tanpa bekas.

Nyatanya memang, ada 3 rasa yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Yang pertama adalah rasa aman. Yang kedua adalah rasa untuk dicintai, diperhatikan dan didukung. Yang ketiga adalah rasa otoritas.

Coba kita telisik lebih dalam lagi. Mengapa kecerdasan, potensi dan bakat yang dimiliki oleh orang-orang di benua barat jauh lebih menonjol dari orang-orang Indonesia? Sebab, orang-orang Indonesia masih melakukan 5 hal yang nyatanya berpengaruh besar untuk menghambat laju potesi yang dimiliki seseorang. Hal-hal tersebut yakni:

1. Fokus terhadap kekurangan, bukan kekuatan;

2. Mengkritik, menyalahkan dan memberi label yang tidak baik;

3. Pemrograman kata-kata yang negatif;

4. Menyalahkan dan menuduh;

5. Memarahi dan menyudutkan.

Sudah menjadi hal yang biasa, jika kita melihat seseorang "perang" mulut dengan orang lain karena kekurangan orang tersebut. Pasangan suami istri misalnya, terlalu sibuk meributkan kekurangan pasangannya dibanding menghargai kelebihannya. Orang tua pun banyak yang berlaku sama terhadap anak-anaknya. Mempermasalahkan mengapa anaknya tidak pandai di Matematika, padahal nyatanya anak itu sangat berprestasi di pelajaran IPA. Tanpa disadari, hal inilah yang justru berpeluang besar untuk memangkas kekuatan yang dimiliki oleh anak tersebut.

Ketika anak sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan peringkat 5 besar di kelasnya, orang tua malah memarahi dengan kata-kata, "Bodoh kamu! Kenapa tidak peringkat 1? Apa yang bisa dibanggakan dari peringkat 5 besar?" Bukankah ini akan menjadi bumerang yang malah dapat mengikis habis rasa percaya diri sang anak?

Belum lagi ketika suami yang tengah sibuk dengan pekerjaannya, sudah berusaha untuk segera pulang ke rumah dan menikmati makan malam dengan keluarga tercinta, sang istri malah menyebut suaminya tidak perhatian pada keluarga. Atau ketika istri sudah lelah mencoba menu masakan baru untuk suaminya, lantas masakan tersebut kurang nyaman di lidah suaminya, suami lantas berkata, "Nggak usah neko-neko deh, Ma. Masakan nggak enak gini. Masak yang kayak biasanya aja deh! Atau beli makanan jadi aja di warung!"

Apakah Anda termasuk orang yang sering mengucapkan kata-kata tersebut? Jika ya, berhati-hatilah. Sebab dari lisan Anda, telah meledak bom nuklir beracun yang secepat mungkin akan bereaksi mematikan potensi-potensi baik yang sedianya akan tumbuh.

Di negara-negara maju, orang-orang sangat menghargai potensi yang dimiliki oleh orang lain. Kata-kata seperti: "Kamu hebat!", "Kamu bisa lebih dari ini!", "Anak cerdas!", "Aku bangga padamu!", nyatanya memberi pengaruh yang sangat besar untuk melejitkan kekuatan, kecerdasan dan potensi mereka. Atau setidaknya, jika berniat untuk memberi motivasi atau bahkan mengkritik, gunakanlah kata-kata yang halus. Yang tidak menyakitkan hati dan memutus limbik-limbik saraf otak.

Gantilah kata-kata kita dengan kata-kata yang jauh lebih baik. Mulai mengganti kalimat negatif dengan kalimat positif. Mulai menghargai sekecil apapun tindakan positif yang orang lain lakukan. Sebab nyatanya, kita sendiri akan senang jika diperlakukan dengan hal yang sama; Dihargai, diberikan motivasi, didukung dan diperhatikan.

Gantilah kata-kata nakal, bodoh, tidak bisa diatur, tidak dapat dibanggakan, dan masih banyak kata-kata negatif lainnya dengan kata-kata yang positif. Seperti dengan menggunakan kata cerdas, pintar, hebat, baik, rajin dan kata-kata bermuatan positif lainnya. Sebab, doktrin kata-kata positif tersebut akan menghasilkan tindakan yang positif pula. Ucapan adalah do'a. Do'a baik akan menghasilkan sesuatu yang baik. Do'a buruk, pasti akan menghasilkan sesuatu yang buruk pula.

Begitu juga dalam bidang kepenulisan. Para penulis tentunya harus lebih berhati-hati jika menyelipkan kata-kata negatif dalam tulisannya. Sebab siapapun yang membaca tulisannya dapat menyerap pengaruh dari kata-kata negatif tersebut. Para penulis memiliki potensi yang sangat besar untuk membawa potensi negara ini ke arah manapun. Negatif atau positif.

Jika Anda ingin orang lain menghargai potensi Anda, maka Anda harus terlebih dahulu menghargai potensi yang dimiliki oleh orang lain. Mulai dari diri sendiri, keluarga dan kepada lingkungan sekitar. Semoga dengan merebaknya aura-aura positif yang kita coba tanamkan, Indonesia akan menjadi bangsa yang tidak kalah maju dari negara-negara lainnya.

Rizky N. Dyah

Rizky N. Dyah adalah seorang ibu dari seorang putri, merangkap sebagai penulis dan guru. Kini aktif dalam beberapa komunitas penulis, salah satunya Women Script & Co.

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas penulis perempuan Women Script & Co

[email protected]

@womenscriptco

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement