Sabtu 27 Apr 2013 01:12 WIB
Genosida

Serbia Sesali Srebrenica

Seorang lelaki tua, dengan sepeda ontel, melintasi depan rumah tempat persembunyian Ratko Mladic si Jagal Balkan, di desa Lazarevo, Beograd, Serbia, Sabtu (28/5).
Foto: AP
Seorang lelaki tua, dengan sepeda ontel, melintasi depan rumah tempat persembunyian Ratko Mladic si Jagal Balkan, di desa Lazarevo, Beograd, Serbia, Sabtu (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD --Presiden Serbia Tomislav Nicolic meminta maaf atas pembantaian terhadap Muslim Bosnid I Srebrenica pada 1995. Meski demikian, ia tetap enggan menyatakan pembunuhan atas 8.000 Muslim itu sebagai genosida. Padahal, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakannya sebagai genosida dan merupakan peristiwa paling buruk sejak berakhir Perang Dunia II.

Ia juga menyampaikan permintaan maaf atas semua kejahatan yang pernah dilakukan Serbia. “Saya berlutut dan meminta pengampunan atas kejahatan di Srebrenica,’’ katanya kepada Bosinian TV seperti dilansir Aljazirah, Kamis (25/4). Ia merujuk pada kejahatan yang dilakukan siapa pun atas nama negara dan rakyat Serbia. Kantor kepresidenan mengonfirmasi bahwa itu adalah pernyataan sang Nikolic.

Menurut Nikolic, dia melihat adanya kekejaman. “Tapi, perlu ada kata lain untuk mengakui kekejaman itu. Saya menghormati keputusan internasional yang berbeda dengan pandangan saya,’’ ujarnya. Presiden terdahulu Boris Tadic menyampaikan permintaan maaf saat peringatan pembantaian Srebrenica pada 2005. Ia pun mengakui ini adalah genosida.

Menurut Aljazirah, yang melaporkan dari Beograd, pernyataan Nikolic terdengar seperti sebuah gempa politik kecil yang dapat membangkitkan luka lama. Pada 2010, parlemen Serbia meloloskan pernyataan yang mengecam pembantaian itu. Aksi ini menjadi akhir sikap para politikus Serbia yang tak mengakui kejahatan tentara mereka. Saat itu, Nikolic tak mendukung gerakan tersebut.

Namun, akhirnya pada Kamis, Nikolic mengikuti langkah para politikus Serbia lainnya. Belum lama ini, Pemimpin Bosnia Bakir Izetbegovic mendesaknya mengakui adanya genosida. ‘’Kami meminta kebenaran diakui dan kata yang tepat dipilih untuk peristiwa tersebut,’’ kata dia setelah bertemu Nikolic.

Emir Suljagic, warga yang selamat dari pembantaian Srebrenica, mengatakan Nikolic dan pemerintahan Serbia sama saja. Mereka tak membuat perbedaan sama sekali. Ia tak peduli dengan semua itu. Ia menjelaskan, kata maaf bersifat mendua bagi orang-orang ultarnasionalis seperti Nikolic. “Anda harus memikirkan latar belakang orang-orang ini,’’ katanya.

Presiden Mothers of Srebrenica Munira Subasic menyatakan tak terkesan dengan sikap Nikolic. Hal yang ingin ia dan kelompoknya dengar adalah pengakuan atas genosida. “Kami tak butuh seseorang berlutut dan meminta maaf. Kami menghendaki mereka mengucap kata genosida,’’ kata Subasic.

Bila itu terjadi, jelas dia, pihaknya akan percaya bahwa sikap itu benar-benar berasal dari hati yang paling dalam.  Menurut dia, Serbia juga mesti mematuhi ketentuan pengadilan internasional bentukan PBB, Pengadilan Kejahatan untuk Bekas Negara Yugoslavia (ICTY), dan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC).

Dua lembaga ini mengategorikan pembunuhan di Srebrenica adalah genosida. Kini, pemimpin militer Serbia Radovan Karadzic dan Ratko Mladic menjalani proses hukum atas peran penting dalam pembantaian.

Mereka tertangkap ketika Boris Tadic menjabat sebagai presiden. Ia memang berusaha mencoba memperbaiki citra Serbia. Karena itu, Tadic bekerja sama dengan komunitas internasional dan menyerahkan semua penjahat perang ke pengadilan. n bambang noroyono/ap ed: ferry kisihandi

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement