Jumat 19 Apr 2013 14:02 WIB

Tips Menjadikan Tulisan Fiksi Lebih 'Wow!'

Menulis cerpen, ilustrasi
Menulis cerpen, ilustrasi

Untuk menjadikan tulisan fiksi kita terasa lebih "wow", ada beberapa hal yang dapat kita siasati. Misalnya, dengan mengembangkan unsur intrinsik yang terdapat dalam karya fiksi. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana mengembangkan empat unsur intrinsik; Tokoh/penokohan, alur, latar dan sudut pandang.

Tokoh/penokohan

Untuk menjadikan tokoh memiliki karakter unik dan terasa nyata, kita dapat menggunakan metode #5plus1 atau antitesisnya Tasaro GK. Seperti ini caranya:

Pertama, tuliskan nama lima orang di sekitar kita yang dianggap memiliki karakter atau penampilan unik sepanjang hidup, secara berurutan dalam bentuk pointer-pointer. Lalu, anggap saja saya memiliki satu karakter bernama Inong. Nah, Inong ini memiliki bentuk rambut yang persis sama dengan orang bernomor LIMA pada daftar yang tadi sudah dibuat.

Kedua, Inong ini punya cara berjalan persis sama dengan orang bernomor DUA pada daftar dan memiliki kebiasaan BURUK sama dengan orang nomor SATU. Ketiga, Inong mempunyai hobi sama persis dengan orang nomor TIGA pada daftar.

Ketiga, dari hasil acak-acakan ini, lalu kita tuliskan kembali dengan struktur: Inong berambut: ..... bergaya jalan: ..... berkebiasaan buruk: .... berhobi: ..... dan bercita-cita: .... Setelah itu, tinggal dibuat kisah selanjutnya sesuai cerita atau ide yang kita miliki.

Alur

Jamaknya, kita membaca cerpen/novel yang menggunakan alur maju. Nah, untuk menjadikan cerpen kita terasa lebih menarik, bisa kita lakukan dengan menggunakan alur campuran. Misalnya saja, alur dibiarkan berjalan maju di awal, kemudian kita buat si tokoh mengulang kejadian di masa lampaunya yang masih menyisakan misteri. Penggunaan alur campuran ini, pernah juga kita jumpai dalam film Butterfy Effect, di mana menampilkan potongan-potongan cerita yang masih menyisakan misteri.

Latar

Untuk dapat menggambarkan latar yang benar-benar terasa nyata dan menarik, kita dapat menggunakan teknik Show not tell (menunjukkan bukan memberitahukan). Dikembangkan oleh Rebekah Caplan, teknik ini mengambil bentuk "kalimat-kalimat memberitahu" kemudian mengubahnya menjadi "paragraf-paragraf menunjukkan".

Perhatikanlah kalimat ini, "Ini adalah hari yang indah." Kalimat tersebut tidak mempunyai kekhasan yang membuat deskripsinya menjadi hidup. Bandingkan dengan kalimat-kalimat berikut:

"Saat ia membuka jendela di hari Sabtu pagi yang cerah itu, ia merasakan kesegaran menebar di udara. Dedaunan di setiap pohon kemilau diterpa pantulan sinar mentari. Hamparan bunga yang beraneka warna menghiasi jalan masuk berseru, 'musim semi!' dan di atas semua itu, gumpalan-gumpalan awan putih berarak di langit biru yang sangat cerah."

Bagaimana? Kalimat-kalimat di atas terasa lebih hidup bukan?

Sudut Pandang (Point of View)

Untuk menjadikan cerpen/novel kita terasa lebih menarik, kita juga dapat mencampur adukkan sudut pandang. Misalnya, di awal cerita kita menggunakan sudut pandang orang pertama, lantas di pertengahan menggunakan sudut pandang orang ketiga (seperti pada novel "Saman" karya Ayu Utami). Namun, jangan sampai perubahan sudut pandang yang kita gunakan menjadikan pembaca bingung. Tetap berikan petunjuk tentang perubahan sudut pandang tersebut, agar perubahan tokohnya yang dituturkan dapat tetap dimengerti.

Itulah kiranya beberapa hal yang dapat kita siasati untuk menjadikan tulisan fiksi kita terasa lebih bagus. Tentunya ada banyak hal lain yang dapat kita kembangkan, seperti diksi, EYD, dan lain-lain.

Gemintang Halimatussa'diah

Gemintang Halimatussa'diah adalah nama pena dari Halimatussa'diah Batubara yang berdomisili di Depok. 

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas penulis perempuan Women Script & Co

[email protected]

@womenscriptco

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement