Senin 15 Apr 2013 01:40 WIB
Kredit Investasi

Realisasi Kredit Investasi Melambat

Kredit (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Kredit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Realisasi kredit investasi melambat hingga 12,9 persen pada kuartal I tahun ini. Penurunan itu disebabkan masih rendahnya harga komoditas dunia.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, persentase kredit investasi turun dari 33,2 persen pada triwulan I 2012 menjadi 20,3 persen pada triwulan I 2013. Melambatnya realisasi kredit investasi tidak diikuti dengan dua kredit lainnya, yaitu kredit modal kerja dan konsumsi.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, salah satu penyebab melemahnya kredit investasi adalah harga komoditas dunia yang terus turun, sedangkan harga minyak dunia terus naik. “Di tengah investasi bangunan yang masih tumbuh kuat, tujuh hingga delapan persen, investasi nonbangunan cenderung melambat,” katanya dijumpai akhir pekan lalu.

Investasi nonbangunan yang dimaksud, kata Perry, misalnya pembelian mesin peralatan, selain tanah dan bangunan. Akibatnya, bank-bank mencari penyaluran kredit ke sektor lain. Ini kemudian yang menyebabkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi mengalami lonjakan.

Pasar kedit konsumsi di Indonesia masih sangat besar dan bunganya masih menjanjikan. Khususnya, bunga dari kartu kredit yang tinggi, sedangkan risikonya tidak terlalu tinggi. Kredit konsumsi lainnya termasuk kredit kendaraan bermotor dan kredit kepemilikan rumah (KPR).

Ekonom Universitas Indonesia David Sumual juga memproyeksikan pergerakan kredit investasi di Indonesia masih tetap datar. “Masih banyak ketidakpastian, khususnya dari ekonomi global,” ujarnya. Di dalam negeri, contoh ketidakpastian itu adalah kebijakan kenaikan atau pengendalian BBM subsidi.

Momen menjelang pemilihan umum (pemilu), kata David, juga menyebabkan investor menahan investasinya sementara. Hal ini karena tekanan internal dari kegiatan pemilu akan sangat tinggi. Misalnya, pejabat negara yang sebagian besarnya anggota partai akan sibuk dengan partainya dan memberi pengaruh terhadap investasi.

Assistant Vice President ICRA Indonesia Kreshna D Armand menyatakan, secara umum pertumbuhan kredit perbankan Indonesia tahun ini turun di kisaran 20-22 persen. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan 2011 yang mencapai 24,6 persen. Hal ini disebabkan penurunan tajam pada pertumbuhan pinjaman valuta asing (valas).

Selain itu, prediksi tersebut telah memperhitungkan kondisi makroekonomi Indonesia yang kurang mendukung. Pemulihan ekonomi global pun masih merangkak. Tak hanya itu, inflasi yang bersumber dari berbagai aspek juga masih menjadi ancaman. Apalagi tahun ini, pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik dan upah minimum pegawai. Perlambatan juga disebabkan perlunya perbankan beradaptasi dengan bombardir kebijakan yang muncul di akhir tahun lalu.

Direktur Keuangan Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury mengatakan, perusahaan berhati-hati menyalurkan kredit korporasi tahun ini. “Kredit korporasi sengaja kami kurangi dari 18-19 persen 2012 menjadi 16-18 persen tahun ini,” katanya. Salah satu alasannya karena sektor komoditas dan pertambangan masih belum mengalami perbaikan signifikan.

Perusahaan juga memperkirakan kredit valas yang biasanya untuk pembiayaan ekspor berada di bawah realisasi tahun lalu yang bertumbuh 23,6 persen. Bank Mandiri akan mengalihkan kredit investasinya ke sektor-sektor yang fokus ke bisnis domestik, seperti telekomunikasi dan infrastruktur, khususnya kelistrikan. n mutia ramadhani ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement