Jumat 22 Mar 2013 11:40 WIB

Ingin Pensiun Dini, Ini Dia Persiapannya

Memulai bisnis sendiri untuk persiapan pensiun dini/ilustrasi
Foto: ehow.com
Memulai bisnis sendiri untuk persiapan pensiun dini/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pensiun dini? Siapa takut. Banyak alasan untuk mengambil tawaran ini. Bisa kadi karena tertantang mengikuti perkembangan zaman, atau kondisi perusahaan tidak stabil, atau ingin memulai bisnis sendiri, atau mungkin sudah ada tawaran menggiurkan dari perusahaan lain. Sebelum memutuskan pensiun, sebaiknya Anda menyimak apa yang dikemukakan oleh Clara Istiwidarum Kriswanto, seorang psikolog.

 

Ia berpesan, agar siapa pun, yang hendak membuat keputusan untuk pensiun dini, mengomunikasikannya kepada pasangan dan meminta pasangannya untuk menyesuaikan diri terhadap proses pensiun ini. Sebab, bagi yang tidak terbiasa, keputusan mengambil pensiun diri kerap dianggap aneh. ''Selain itu perlu juga ada pembagian tugas-tugas rumah tangga yang jelas,'' ujarnya saat seminar Menyiapkan Bisnis Pra Pensiun Dini yang diselenggarakan oleh Jagadnita Consulting Services, beberapa waktu lalu, di Jakarta. 

Menurut S Budisuharto, seorang praktisi bisnis, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk mengambil pensiun dini dan memulai berbisnis sendiri. Pertama, harus diketahui alasan pasti mengapa perlu mempersiapkan pensiun dini. Selain itu, perlu pula mengubah pola pikir karyawan menjadi pemikiran wirausahawan dan menciptakan kemapanan keuangan melalui multiple sources of income/MSI (sumber-sumber penghasilan lain). Yang juga penting, menilik semua peluang bisnis yang sedang tren dan mudah dilakukan. 

Saat memutuskan untuk pensiun dini, kata Budi, Anda perlu menentukan kondisi pensiun seperti apa yang diinginkan. ''Apakah Anda ingin menjadi pensiunan yang sejahtera, yang berarti telah mencapai kebebasan finansial, menjadi pensiunan kaya-raya, atau pensiunan mandiri yang tidak lagi menggantungkan diri pada anak atau orang lain,'' ungkapnya. Setelah itu perlu pula menghitung secara rinci pendapatan masa pensiun nanti. ''Untuk memperhitungkan biaya hidup 20-30 tahun harus juga memperhitungkan inflasi dan ketidakstabilan keuangan,'' papar Budi. 

Perhitungan yang meleset, katanya, sangat berbahaya. Pasalnya, saat pensiun memang ada biaya yang berkurang seperti transportasi. Tapi, ada biaya yang dapat dipastikan akan bertambah seperti kesehatan. Clara juga mengungkap sejumlah faktor yang mempengaruhi posisi keuangan keluarga, seperti usia perkembangan keluarga dan jumlah anggota keluarga. ''Apakah anak-anak sudah dewasa atau masih balita dan berapa banyak anggota keluarga yang dibiayai, apakah hanya keluarga inti atau hingga keluarga besar?'' 

Tidak ketinggalan adalah menghitung harta benda yang dimiliki, aktivitas anggota keluarga, dan faktor kesehatan. ''Apakah mereka memiliki hobi yang mahal atau ada yang butuh penanganan kesehatan khusus sehingga memerlukan dana tambahan?'' Selanjutnya adalah mempersiapkan kebebasan finansial. Untuk itu, lanjut Budi, harus disiapkan komponen seperti tabungan, investasi, dan upaya proteksi demi mencapai kebebasan finansial. ''Aset yang dimiliki harus dibuat produktif untuk memulai usaha.'' 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement