Rabu 20 Feb 2013 14:37 WIB

Jajanan Tidak Sehat Pengaruhi Perkembangan Anak

Jajanan Anak (ilustrasi)
Foto: Republika/Tahta
Jajanan Anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak dr H Tb Rachmat Sentika Sp MARS mengatakan jajanan yang tidak sehat, terutama di sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

"Berdasarkan hasil penelitian di Tanah Air, hanya 18 persen dari anak sekolah yang membawa bekal ke sekolah. Sebanyak 60 persen anak lainnya diberi uang oleh orang tuanya dengan kisaran Rp 2.000 hingga Rp 5.000," ujar Rachmat yang juga Staf Ahli Menko Kesra tersebut dalam acara konferensi pers "Aku Anak Sehat" di Jakarta, Rabu (20/2).

Dengan uang jajan yang hanya Rp 2.000 hingga Rp 5.000 tersebut, lanjut dia, dipastikan jajanan yang didapat tidak terperhatikan nilai gizinya.

"Tahun kemarin kami bekerja sama dengan BPOM meneliti jajanan anak di sekolah, hasilnya sebanyak 35 persen jajanan yang ada di sekolah tidak sehat karena mengandung zat adiktif maupun pewarna," jelas dia.

Jajanan yang tidak sehat tersebut, sambung Rachmat, akan berpengaruh terhadap pembentukan generasi pada masa yang akan datang. Di mana 23 persen di antaranya berasal dari faktor makanan. "Untuk menciptakan generasi emas, perlu diperhatikan makanan dari anak tersebut," tuturnya.

Program Aku Anak Sehat bertujuan untuk mengedukasi betapa pentingnya membawa bekal yang bersih, sehat dan bergizi melalui guru, siswa, kepala sekolah dan komite sekolah.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement