Jumat 01 Feb 2013 18:01 WIB

Mahasiswa UGM Kembangkan Aplikasi Penderita Disleksia

Kampus UGM
Kampus UGM

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Enam mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang tergabung dalam tim LexiPal mengembangkan aplikasi "Kinect-based Dyslexia Therapy" untuk siswa penyandang disleksia.

"Aplikasi tersebut membantu para siswa disleksia untuk memahami huruf dan melatih penggunaan otak kiri dan kanan dengan baik," kata Koordinator Tim LexiPal Muhamad Risqi Utama Saputra di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia disleksia merupakan kelainan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat dan kesulitan dalam kemampuan mengkode simbol.

"Aplikasi untuk menjalankan terapi disleksia menggunakan perangkat Microsoft Kinect. Perangkat itu digunakan untuk mengatasi ketidakmampuan belajar penderita dalam membaca," katanya.

Ia mengatakan disleksia sulit disembuhkan secara medis tetapi efeknya bisa diminimalkan dengan melakukan terapi. Pada umumnya anak disleksia kesulitan mengucapkan kata dan huruf.

"Jika anak dipaksa mengucapkan setiap hari tentu membosankan dan cenderung membuat mereka emosional dan malas. Oleh karena itu kami membuat model pengajaran dengan menggunakan teknologi informasi," katanya.

Menurut dia melalui aplikasi Kinect Windows Presentation dikombinasikan kinect x box dan menghabiskan dana sekitar Rp2,5 juta mereka berhasil membuat aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk mengajar siswa penyandang disleksia. "Pengajaran melalui gamifikasi menggunakan Microsoft Kinect itu sengaja dibuat sesuai dengan koridor penyelenggaraan terapi disleksia," katanya.

Ia mengatakan salah satu contoh fiturnya adalah Spelling/Pronouncing Game, yakni permainan yang didesain untuk meng-"encourage" penyandang disleksia dalam mengucapkan suatu huruf atau kata yang sulit diucapkan.

Penyandang disleksia akan diminta mengucapkan huruf atau kata yang sesuai dan aplikasi akan menganalisisnya dengan bantuan "speech recognition" pada Kinect.

Anggota tim LexiPal adalah Kuntoro Adi Nugroho, Vina Sectiana Amretadewi, Taufiq Almahsyur, Vremita Desectia Amretasari, dan Fransiska Vena.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement