Selasa 22 Jan 2013 19:33 WIB

Jakarta Banjir, Salahkah Alam?

Aktivitas warga Pluit di tengah kepungan Banjir yang empat hari telah menggenangi kawasan mewah Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (20/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Aktivitas warga Pluit di tengah kepungan Banjir yang empat hari telah menggenangi kawasan mewah Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Jakarta sebagai pusat kota memiliki magnet yang sangat kuat. Pasalnya semua kegiatan bisnis, ekonomi, pemerintahan, dan hiburan ada di Jakarta. Jakarta bahkan terus mengalami perkembangan sesuai perubahan zaman. Tapi faktor lingkungan di Jakarta justru mengalami penurunan.

Di kota yang terkenal dengan macetnya ini, banjir menjadi salah satu masalah yang tidak ada hentinya. Berbagai perbincangan dan proses penanggulangan banjir masih terus diupayakan. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir. Pemerintah daerah bahkan telah menyusun serangkain program. Mulai dari normalisasi sejumlah sungai di Jakarta, hingga revitalisasi situ dan embung.

Selain karena curah hujan yang tinggi, penyebab banjir di Jakarta masih menjadi perbicangan. Ada yang bilang banjir Jakarta terjadi karena kiriman dari Bogor. Air yang mengalir dari Bogor ke  sungai Ciliwung tidak bisa terbendung lagi. Sungai Ciliwung tidak mampu menampung derasnya air. Sebagian orang juga mengatakan bahwa banjir terjadi  akibat kerakusan manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Manusia ingin sekali diuntungkan dan tidak mau disalahkan. Manusia hanya bisa mengatakan semua yang terjadi itu adalah bencana alam yang sudah terjadi tanpa merasa benar dirinya dipersalahkan. Seandainya manusia berpikir dan terus mencoba bersahabat dengan alam tentu bisa meminimalisir bencana alam yang terjadi.

Menurut Badan Meteorologi Kronologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca yang terjadi di Indonesia semakin tak terkendalikan. Khususnya wilayah Jakarta yang selalu diguyur hujan disertai angin kencang dan kelembaban yang tinggi. BMKG akan terus memantau fenomena ini  sampai musim hujan berakhir, maret mendatang.

Sebelumnya, Menteri PU Djoko Kirmanto menyatakan, pemerintah tidak menjamin Jakarta akan bebas dari banjir hingga beberapa tahun mendatang. Hal itu karena program normalisasi sejumlah sungai dan lainnya tuntas 2017-2018. "Kendati program ini selesai pada 2017/2018, Jakarta tak dijamin bebas banjir," kata Kirmanto. Apalagi, kata Kirmanto, tak ada satupun kota-kota besar di dunia yang mutlak bebas banjir, apalagi untuk Jakarta yang garis permukaannya di bawah air laut.

Warga Jakarta yang terkena banjir sangat bersedih karena harta benda mereka dilahap banjir. Begitu juga dengan anak-anak sekolah yang terpaksa tidak bisa bersekolah, pegawai dan karyawanpun dengan terpaksa juga meliburkan dirinya untuk tidak bekerja.

 

Begitulah fenomena ibu kota Jakarta yang tak terlepas dari himpitan berbagai masalah yang selalu mengepungnya. Adakiranya kita banyak mengintropeksi diri bukan banyak mengintropeksi alam dan jangan hanya bisa memanfaatkannya alam secara berlebihan.

Penulis: Erwin Sulaiman – Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Jakarta

sumber : UMJ
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement