Kamis 17 Jan 2013 18:17 WIB

Kakek, Kau Buatku Tersadar

Kakek produktif
Foto: ant
Kakek produktif

REPUBLIKA.CO.ID,Ketika aku masih dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), didekat sekolahku ada sebuah toko buah. Tak ada yang berbeda dengan toko buah kebanyakan. Tapi Disini yang menjaga adalah seorang kakek yang usianya sudah lanjut, mungkin sama dengan usia kakekku. Aku selalu melewati toko itu saat berangkat ke sekolah.

 

Setiap kali aku melihat kearahnya, toko itu selalu sepi. Yang ada hanya kakek yang duduk dengan sabar menanti sang pembeli. Sesekali pembeli yang datang wajah kakek langsung berubah ceria. Sesekali ia melemparkan senyuman. Padahal aku tahu itu adalah senyum harapan kakek, agar setiap orang yang melewati tokonya sudi untuk mampir. Kakek hanya sendirian, tak ada yang menggantikannya. Tak ada anak tak ada juga cucu.

Tiga tahun setelahnya aku lulus SMP. Tapi kakek masih setia duduk di toko buahnya. Toko yang sama seperti saat masuk SMP dulu. Setelah aku melanjutkan sekolahku di Sekolah Menengah kejuruan, aku tak tahu lagi kabar kakek. Sampai akhirnya aku memasuki bangku kuliah. Ah enam tahun sudah berlalu. Sekarang kebetulan rute perjalananku ke kampus melewati toko buah kakek. Ketika aku melihat ke arah toko itu, aku cukup kaget dan terkesan. Tak ada yang berubah dari toko itu. Penjaganya masih kakek yang sama. Kakek yang pertama ku kenal saat aku masih SMP. Hanya saja sekarang toko kakek lebih terisi. Lebih banyak buah yang dijual kakek.

Kadang aku berpikir, diusia kakek yang sudah senja bukan saatnya lagi buat kakek untuk bekerja. Kakek harusnya menikmati masa tuanya dengan bersantai dirumah. Sudah cukup kakek bekerja dimasa mudanya. Aku jadi berpikir, mungkin kakek punya pemikiran yang sama. Mungkin pernah dibenaknya untuk menikmati hari-hari tuanya dirumah. Tanpa harus memikirkan apakah buah-buahnya akan laku terjual atau tidak. Tapi sepertinya itu hanya angan-angan saja buat kakek. Buktiknya kakek masih setia menjaga tokonya.

Semangatnya berjualan membuat aku tersadar. Hidup bukan untuk mengeluh tapi untuk dijalani. Sepahit apapun hidup kita harus menjalaninya dengan ikhlas. Karna kelak jalan kita menuju bahagia akan berjalan dengan lancar.

Penulis: Henny Novianti – Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta

sumber : UMJ
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement