Rabu 16 Jan 2013 21:34 WIB

Moratorium Prodi Baru Dianggap Hambat PTS

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Rektor IV Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Benny D Setianto menilai moratorium pendirian program studi (prodi) baru menghambat perguruan tinggi swasta (PTS) untuk berkembang.

"Ya moratorium prodi baru yang dikeluarkan Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu memang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu prodi di perguruan tinggi," katanya di Semarang, Rabu (16/1).

Namun, kata dia, semestinya cukup dengan pengetatan proses akreditasi yang diraih perguruan tinggi jika alasannya untuk meningkatkan prodi, bukan dengan menghentikan sementara pendirian prodi baru.

Menurut dia, mungkin ada perguruan tinggi yang membuka prodi baru semata-mata untuk menarik mahasiswa sebanyak-banyaknya, tanpa memerhatikan proses keberlanjutan ke depannya, tetapi tidak semua seperti itu.

"Memang (moratorium prodi baru, red.) agak tak masuk akal, sebab Dikti tidak membiayai apa pun. Bahkan, moratorium prodi baru ini justru menghambat PTS-PTS yang tengah berkembang dan ingin maju," bebernya.

Ia mencontohkan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) yang dimiliki Unika Soegijapranata yang menampung sekitar 150 mahasiswa setiap tahun ajaran dan selama ini hanya memiliki satu prodi, yakni Teknologi Pangan.

Seiring perkembangan zaman dan tuntutan dunia kerja, kata dia, pengetahuan bidang teknologi pangan telah mengalami diversifikasi menjadi berbagai bidang, salah satunya kaitannya dengan nutrisi dan kuliner.

Berkaitan dengan itu, Unika Soegijapranata Semarang berencana untuk membuka program konsentrasi baru di FTP, yakni Nutrisi dan Teknologi Kuliner yang ditargetkan siap menerima mahasiswa baru pada tahun ini.

"Kami melihat kebutuhan tenaga kerja dan ahli-ahli di bidang kuliner sekarang ini mulai menguat. Kami ingin membuka prodi baru bidang itu, tetapi kan tidak bisa karena ada moratorium dari Dikti," ungkapnya.

Karena itu, kata dia, Unika Soegijapranata Semarang memutuskan Nutrisi dan Teknologi Kuliner hanya menjadi program konsentrasi, bukan prodi yang memerlukan izin Dikti dan tidak bisa selama ada moratorium.

"Bukan prodi, tetapi program konsentrasi. Mahasiswa FTP setiap tahunnya mencapai 150 orang, nantinya mereka bisa memilih konsentrasi yang diminati, apa teknologi pangan murni atau nutrisi dan kuliner," tuturnya.

Namun, kata dia, program konsentrasi Nutrisi dan Teknologi Kuliner itu nantinya akan dibatasi menerima hanya sekitar 20-40 mahasiswa, selebihnya mahasiswa FTP tetap mengambil perkuliahan teknologi pangan.

"Mungkin bagi perguruan tinggi besar yang sudah stabil (moratorium prodi baru, red.) tidak masalah. Tetapi, bagi perguruan tinggi yang sedang berkembang tentunya sangat berpengaruh," kata Benny.

Menanggapi moratorium prodi baru dari Dikti, Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VI Jateng Prof DYP Soegiharto mengaku masih memelajari regulasi yang dikeluarkan pada tahun lalu tersebut.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement