Jumat 14 Dec 2012 08:03 WIB

Masih Perlukah Pencitraan?

sby
Foto: antara
sby

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pencitraan berarti pembentukan opini publik sesuai dengan yang diharapkan. Jelang pilpres 2014, saat ini sudah mulai mucul nama-nama yang bakal menjadi calon presiden dan wakil presiden. Semuanya bukan orang baru. Beberapa diantaranya bahkan sedang menjabat dalam pemerintahan. Itu artinya masyarakat sudah bisa menilai bagaimana kinerja mereka. Masyarakat juga sudah bisa menilai mana yang layak dan tidak untuk menjadi pemimpin.

Masyarakat Indonesia sudah semakin pintar. Pencitraan kini rasanya sudah tidak diperlukan lagi. Masyarakat tahu, mereka tak bisa menggantungkan hidup lewat janji-janji dan kenikmatan sesaat. Disaat para calon sibuk berkampanye membagikan poster, rakyat tetap berjuang bagaimana mendapatkan sesuap nasi. Yang mereka pikirkan adalah apakah masih ada makanan untuk esok hari.

Masyarakat butuh pemimpin yang nyata. Nyata hadir diantara rutinitas warga. Bukan hanya nama diatas selembar kertas. Pemimpin yang siap turun ke jalan, bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat.

Pilpres akan segera tiba. Saatnya masyarakat menentukan sendiri pilihannya. Memilih pemimpin berdasarkan pada kemampuannya bukan pada saat mereka melakukan pencitraan.

Penulis: Respati Ika Rahayu (Mahasiswi Fakultas Ekonomi UNJ)

sumber : UNJ
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement