Selasa 18 Sep 2012 08:21 WIB

WNI di Inggris Pelototi Debat Jokowi-Ahok dengan Foke-Nara

Jokowi vs Foke
Jokowi vs Foke

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Debat kandidat calon gubernur dan wakil DKI Jakarta yang disiarkan di salah satu stasiun televisi di Jakarta menjadi perhatian masyarakat Indonesia yang ada di Kerajaan Inggris.

Pengamat masalah sosial di Universitas Essex, Miftahuddin kepada ANTARA London, Senin (18/9) mengatakan hiruk pikuk pemilihan Pilkada DKI jilid dua merupakan kemenangan kelompok perubahan (muda) atau statusquo (tua).

Miftahuddin mengatakan hiruk pikuk Pilkada DKI pertama telah menunjukkan kecenderungan baru pilkada yang merupakan bagian dari demokrasi di Indonesia.

Apalagi ditunjang dengan peran media social network seperti Facebook, Twitter, Youtube, Hi5, Myspace, BB, majalah, surat kabar, tv, radio, iklan, dan juga peran relawan segala lapisan masyarakat.

Menurut Miftahuddin, beberapa kasus seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang beberapa kepala daerah, anggota partai, anggota legislatif, pejabat di beberapa instansi pemerintah atau eksekutif, yudikatif membuat masyarakat menjadi melek demokrasi.

"Kepercayaan masyarakat pada partai mengalami pergeseran kepada kepercayaan personal sebagai figur public demokrasi alternatif)," ujar Miftah, kandidat PhD student in Mathematical Sciences (Applied Statistics), University of Essex.

Hal ini tidak terlepas sosok Jokowi dan Foke, keduanya sama-sama memiliki pengalaman memimpin daerah. Masyarakat juga disuguhkan dua sosok yang berbeda, ujar dosen di Syiah Kuala University, Aceh.

Lebih lanjut Miftha demikian Miftahuddin biasa disapa mengatakan pilkada putaran pertama telah membuktikan masyarakat cenderung memilih sosok perubahan dan harapan baru dengan rekam jejak atau track record nyata yaitu walikota terbaik Internasional diperoleh oleh pasangan urut tiga.

Kini bisa diperkirakan kemenangan koalisi rakyat semangat seluruh relawan masyarakat dengan motor penggerak kesadaran perubahan dan harapan atau kemenangan koalisi partai yang lebih filosofis teoritis di 20 September 2012 nanti.

Menurut Miftah yang sering melakukan riset di bidang sosial dan politis seperti pelayanan publik, perhitungan cepat, public policy trend ini diharapkan membawa harapan baru dalam memperbaiki demokrasi di Indonesia secara nasional tidak dalam transisi perkepanjangan tanpa arah dan subtansi sehingga menjadi bangsa yang unggul, sejahtera dapat terwujud secara nyata bukan citra omdo atau kamuflase kampanye.

Fenomenal

Sementara itu pengamat masalah sosial lainnya Nizma Agustjik yang lama menetap di Inggris mengatakan menyimak jalannya acara debat kandidat cagub DKI sangat fenomenal.

"Saya kagum dan cukup puas menyaksikan debat ini, dan yakin publik akan dapat banyak belajar dan memahami pemimpin yang seperti apa yang mereka harapkan" ujar ibu dua remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

Menurut Teh Nizma, demikian Nizma Agustjik biasa disapa publik bisa menilai dari tayangan dekat yang singkat dan mudah-mudahan masyarakat Jakarta mendapat gambaran siapa yang memang pantas memimpin Jakarta.

Kombinasi antara kesantunan dan tingginya ilmu pengetahuan sepertinya membuat para hadirin begitu terkagum-kagum dan bangga diringi tepukan tangan dan yel-ye dengan salah satu kandidat, ujarnya.

Meskipun jauh dari tanah air, masyarakat Indonesia di Inggris baik para pelajar maupun pegawai kantor perwakilan yang ada di London, maupun ibu rumah tangga mengikuti perkembangan yang terjadi di tanah air. Bahkan beberapa di antaranya ikut mendukung salah satu kandidat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement