Kamis 30 Aug 2012 10:34 WIB

Lembaga Survei 'Absen' di Putaran Kedua?

Anggota Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan hasil penghitungan cepat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017 di Menteng, Jakarta, Rabu (11/7). Hasil LSI menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja unggul 42,77 persen disusul
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Anggota Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan hasil penghitungan cepat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017 di Menteng, Jakarta, Rabu (11/7). Hasil LSI menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja unggul 42,77 persen disusul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang diberlangsungkannya Pilkada putaran kedua 20 September mendatang, tidak terlihat lembaga-lembaga survei yang mengumumkan hasil surveinya. Kondisi ini jauh berbeda dengan jelang Pilkada putaran pertama lalu.

Pakar politik Mochammad Nur Hasim memperkirakan, 'absennya' lembaga survei di Indonesia jelang Pilkada putaran kedua karena mereka lebih memilih bersikap "berdiam diri" atau cooling down". Hal ini tidak lepas dari melesetnya hasil survei mereka pada Pilkada putaran pertama lalu.

"Lembaga survei tetap melakukan survei, tapi untuk pemetaan internal saja. Jadi tidak untuk dipublikasikan," kata Mochamad Nur Hasim saat dihubungi dari Jakarta, Kamis.

Tidak hanya itu, peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini juga mengatakan, bisa saja hal ini terjadi karena adanya perubahan strategi politik dua pasangan calon.

"Belum adanya survei yang dipublikasikan menjelang putaran kedua ini bisa juga terjadi karena adanya perubahan strategi politik antara dua pasangan calon yang bersaing dalam pemilihan gubernur," katanya.

Menjelang putaran pertama Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 yang lalu, beberapa lembaga survei memublikasikan hasil survei yang hampir seluruhnya menyatakan kemenangan pasangan petahana, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Bahkan, salah satu hasil survei itu menyebutkan, Foke-Nara akan memenangi pemilihan gubernur dengan satu putaran.

Nur Hasim mengatakan hasil survei itu membuat kepercayaan diri Foke sangat tinggi sehingga dia tidak melakukan strategi pendekatan secara besar-besaran atau masif kepada pemilihnya.

"Tampaknya saat ini sudah ada perubahan strategi baik dari pihak Foke maupun Joko Widodo. Hasil survei sudah tidak digunakan lagi sebagai bagian strategi politik untuk menggalang dukungan dari pemilih," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement